Antisipasi Dampak Kemenangan Donald Trump terhadap Perekonomian Global: Strategi Indonesia Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi

fin.co.id - 10/11/2024, 07:51 WIB

Antisipasi Dampak Kemenangan Donald Trump terhadap Perekonomian Global: Strategi Indonesia Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi

Ilustrasi BRICS

fin.co.id - Perebutan kursi Presiden Amerika Serikat (AS) dalam Pemilu 2024 semakin mendekati puncaknya, dan dengan kemenangan Donald Trump yang semakin terlihat mungkin, para ekonom dan pengamat pasar global mulai menyoroti potensi dampak ekonomi yang dapat muncul, baik di AS maupun di seluruh dunia.

Salah satu dampak yang dikhawatirkan adalah ketidakpastian yang akan memengaruhi harga minyak, nilai tukar, serta stabilitas pasar global, yang bisa berdampak langsung pada Indonesia.

Achmad Nur Hidayat, seorang Ekonom dan Dosen Universitas Pembangunan Nasional (UPN) 'Veteran' Jakarta, mengingatkan bahwa kemenangan Trump berpotensi meningkatkan volatilitas pasar keuangan dunia.

Hal ini terutama terkait dengan kebijakan luar negeri AS yang cenderung proteksionis, serta kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi suku bunga dan arus modal internasional.

Baca Juga

Salah satu efek yang paling mencolok adalah kemungkinan lonjakan biaya pinjaman bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang berencana mengandalkan penerbitan global bonds untuk menutupi defisit anggaran negara.

Pengaruh Kebijakan Trump terhadap Perekonomian Indonesia

Menurut Achmad, jika Trump kembali terpilih, salah satu dampak langsung yang akan dialami Indonesia adalah biaya pinjaman luar negeri yang lebih tinggi.

"Pemerintah Indonesia perlu mengevaluasi kembali efektivitas pembiayaan melalui global bonds yang selama ini digunakan untuk menutupi defisit anggaran, mengingat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan ekonomi AS yang tidak dapat diprediksi," ujarnya saat diwawancarai oleh Disway pada Sabtu, 9 November 2024.

Selain kenaikan suku bunga global, kebijakan America First yang diusung Trump juga diperkirakan akan memperburuk ketegangan perdagangan global, mengurangi aliran investasi asing, dan memperburuk fluktuasi nilai tukar.

Hal ini berisiko menambah beban fiskal Indonesia yang sudah tertekan akibat tingginya utang luar negeri dan defisit perdagangan.

Baca Juga

Diversifikasi Sumber Pembiayaan: Menimbang Alternatif dari BRICS

Menghadapi potensi peningkatan biaya pembiayaan global, Achmad mengusulkan alternatif penting bagi Indonesia untuk mempertimbangkan sumber pembiayaan selain dari pasar Barat.

Salah satunya adalah menjajaki fasilitas keuangan dari negara-negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), yang semakin menguatkan peran mereka dalam sistem ekonomi global.

"BRICS kini telah mengembangkan mekanisme pembiayaan yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS, yang menjadi sangat relevan bagi Indonesia dalam menghadapi fluktuasi pasar yang dipengaruhi kebijakan moneter AS," tambah Achmad.

Ia menilai bahwa akses ke dana BRICS bisa memberikan stabilitas lebih bagi Indonesia dalam mendapatkan pembiayaan yang tidak terlalu dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga atau volatilitas nilai tukar yang cenderung terjadi ketika kebijakan Trump mendominasi pasar global.

Peluang dan Tantangan dalam Memanfaatkan BRICS

Salah satu keunggulan menggunakan fasilitas keuangan BRICS, menurut Achmad, adalah kemampuannya untuk melakukan transaksi dalam mata uang lokal atau bahkan yuan, yang dapat mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

Ini akan mengurangi tekanan pada anggaran negara yang sering terbebani oleh fluktuasi nilai tukar. Sebagai contoh, dalam transaksi perdagangan dan pembiayaan proyek infrastruktur, Indonesia dapat menggunakan yuan atau mata uang lokal lainnya, menghindari risiko akibat penguatan dolar AS yang berpotensi merugikan.

Sigit Nugroho
Penulis
-->