Ekonomi . 22/10/2024, 18:10 WIB
fin.co.id - Di tengah kondisi ekonomi yang kurang stabil, dan harga properti yang kian naik tapi tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan. 2 dari 3 Gen Z yakin tidak bisa membeli rumah pertama dalam tiga tahun ke depan.
“Kenaikan harga properti yang tidak sebanding dengan pendapatan mereka, biaya hidup yang terus meningkat, hingga gaya hidup FOMO, FOPO, hingga YOLO menjadi faktor utama yang menghambat Gen Z dalam membeli rumah.” ujar Yuswohady, Managing Partner Inventure.
Hal ini diperkuat dengan temuan Inventure 2024 dalam acara Press Conference Indonesia Industry Outlook 2025 dengan tema Indonesia Market Outlook 2025: Kelas Menengah Hancur, Masihkah Bisnis Mantul? dimana 24% Gen Z lebih mengutamakan konsumsi experience seperti nonton konser, liburan, membeli gadget terbaru, dll dibanding menabung untuk membeli rumah.
Meskipun alasan yang paling mendominasi adalah harga rumah semakin tinggi (80%), pendapatan terlalu kecil (45%) dan pekerjaan yang tidak tetap (34%).
Di sisi lain, jikapun Gen Z dapat membeli rumah pertama, skema yang paling realistis bagi Gen Z adalah cicilan dengan tenor yang cukup lama di atas 20 tahun. Hal ini tercermin dari riset Inventure 2024, dimana preferensi tenor cicilan rumah dengan durasi 15-20 tahun diangka 54% dan 20-30 tahun diangka 36%, berbanding terbalik dengan durasi di bawah 15 tahun yang memiliki angka yang rendah yaitu 10%.
Deflasi terjadi di Indonesia selama lima bulan berturut-turut sejak Mei sampai September 2024. “Hal ini mengungkapkan dengan jelas, kelas pekerja sudah tidak punya uang untuk berbelanja, dan menahan uangnya,” ucap Yuswohady dalam Press Conference Indonesia Industry Outlook 2025 dengan tema Indonesia Market Outlook 2025: Kelas Menengah Hancur, Masihkah Bisnis Mantul?
Menurut survei Inventur turunnya daya beli kelas menengah memaksa mereka untuk menunda pengeluaran besar yang dianggap berisiko. Komponen tiga teratas pengeluaran yang ditunda adalah sebagai berikut: membeli kendaraan (70%). Responden menilai bahwa di kondisi ekonomi yang kurang baik, mereka tidak berminat membeli atau mengambil cicilan kendaraan.
Kedua adalah membeli/renovasi rumah (68%), dan selanjutnya adalah investasi atau tabungan non-emergency (56%). Sementara itu, dalam survei dengan responden 450 yang terdiri dari kelas menengah dari segmen milenial dan zilenial juga menyoroti hal unik. Sebanyak 4% dari mereka mengaku akan menunda pernikahan di kondisi ekonomi yang tidak pasti.
Hal ini dikarenakan rumah dan mobil merupakan investasi besar yang membutuhkan komitmen finansial jangka panjang. Terlebih pembelian rumah dan mobil seringkali didanai oleh kredit dengan cicilan bertahun-tahun. Alhasil, ketika daya beli anjlok, kelas menengah lebih memilih mengurangi pengeluaran besar ini untuk menjaga kestabilan keuangan mereka.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com