Cong menuntut "penyelidikan penuh" terhadap serangan tersebut dan mendorong Israel untuk "menghentikan obsesi penggunaan kekuatan dan segera menghentikan operasi militer di Gaza, pelanggaran terhadap kedaulatan dan keamanan Lebanon, serta petualangan yang berisiko menarik wilayah ini ke dalam bencana yang lebih menghancurkan."
Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia mengatakan bahwa para pelaku ledakan tersebut "sengaja berusaha memicu konfrontasi militer berskala besar."
"Mereka berusaha untuk memprovokasi perang besar baru di Timur Tengah," ujarnya, menambahkan bahwa ini bukanlah percobaan pertama.
Rusia menganggap ledakan tersebut sebagai "serangan teroris," yang merupakan hasil dari "diplomasi palsu" pemerintahan AS, katanya.
Israel kirim Lebanon kembali "ke Zaman Batu"
Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Rashid Bouhabib menghadiri sesi tersebut dan mengatakan bahwa serangan tersebut "merepresentasikan suatu peristiwa serius yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perang."
"(Ledakan alat komunikasi) Terjadi setelah pernyataan Israel mengenai perang skala penuh di Lebanon, mengirim Lebanon kembali ke 'Zaman Batu,'" katanya.
"Israel, melalui agresi teroris ini, telah melanggar prinsip dasar hukum kemanusiaan internasional dan tidak membedakan antara warga sipil dan personel militer."
Baca Juga
"Jelas bahwa Israel terus mengabaikan legitimasi internasional di sini dan hak asasi manusia karena terbiasa tidak pernah dimintai pertanggungjawaban," tambahnya.
Bouhabib, yang menuntut diakhirinya impunitas Israel, mengatakan, "Israel tidak dapat tetap berada di Timur kecuali jika ia berdamai dengan bangsa-bangsa di wilayah ini."
Ia mendesak Dewan untuk memaksa Israel menghentikan serangan dan menerapkan resolusi Dewan Keamanan PBB, memperingatkan bahwa kegagalan untuk bertindak dapat menyebabkan perang yang mengancam Timur dan Barat.