Oleh: Sigit Nugroho, Redaktur fin.co.id
PERUBAHAN arah politik sering kali mencerminkan dinamika yang mendalam dalam lanskap politik suatu negara. Dalam konteks politik Indonesia, dukungan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terhadap Bobby Nasution dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgub Sumut) merupakan salah satu contoh nyata dari perubahan tersebut. Keputusan PKS untuk mendukung menantu Presiden Joko Widodo, setelah sebelumnya menunjukkan sikap keras terhadap keluarga Jokowi, menandai pergeseran signifikan dalam strategi politik partai ini.
Pada awal masa pemerintahan Jokowi, PKS dikenal sebagai salah satu oposisi keras terhadap kebijakan pemerintah. PKS sering kali mengkritik kebijakan-kebijakan Presiden Jokowi dan meragukan banyak aspek dari kepemimpinan Presiden, termasuk keterlibatan keluarganya dalam urusan politik. Namun, dalam Pilgub Sumut yang akan datang, PKS mengubah posisi mereka dengan memberikan dukungan kepada Bobby Nasution, yang merupakan menantu Jokowi.
Dukungan ini, tentu saja, menimbulkan beberapa pertanyaan penting tentang motif dan konsistensi politik PKS. Apakah dukungan ini merupakan langkah strategis untuk memperoleh keuntungan politik tertentu? Atau apakah ini menandakan perubahan paradigma yang lebih luas dalam politik PKS?
Baca Juga
- KPK Tahan 5 Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Lahan Rorotan oleh Perumda Sarana Jaya dengan Kerugian Negara Rp223 M
- Tepis Ada 4 Orang dalam Jet Pribadi saat Pelesiran ke AS, Kuasa Hukum Kaesang Bilang Begini
Secara strategis, langkah PKS ini bisa dipahami sebagai upaya untuk membangun koalisi yang lebih luas dan mengamankan posisi mereka di pentas politik nasional. Dengan mendukung Bobby Nasution, PKS mungkin berharap untuk mendapatkan akses lebih besar ke sumber daya dan dukungan politik yang selama ini mungkin tidak mereka miliki. Keputusan ini juga bisa jadi merupakan upaya untuk memperbaiki hubungan dengan kelompok-kelompok politik yang dekat dengan Presiden Jokowi, mengingat kekuatan politik Jokowi yang masih dominan di berbagai tingkatan pemerintahan.
Namun, perubahan sikap ini juga menunjukkan bahwa politik di Indonesia sangat cair dan sering kali diwarnai oleh pragmatisme. PKS, yang sebelumnya tegas menolak keterlibatan keluarga Jokowi dalam politik, kini tampak siap untuk menjalin hubungan dengan figur yang secara langsung terhubung dengan Presiden. Ini menyoroti sifat politik yang sering kali lebih dipandu oleh kepentingan jangka pendek daripada prinsip yang konsisten.
Secara keseluruhan, dukungan PKS kepada Bobby Nasution menandai fase baru dalam politik Indonesia, di mana partai-partai harus siap untuk menyesuaikan strategi mereka sesuai dengan perubahan kondisi dan peluang. Meskipun ini mungkin dipandang sebagai langkah pragmatis, masyarakat juga harus tetap kritis terhadap perubahan arah politik yang mungkin terjadi secara tiba-tiba dan tanpa penjelasan yang memadai. Bagaimanapun, politik yang sehat memerlukan transparansi dan konsistensi, terutama ketika menyangkut dukungan terhadap kandidat dan kebijakan-kebijakan penting. (*)
Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq