Bank Indonesia Berpotensi Turunkan Suku Bunga Acuan 50 Bps Hingga Akhir Tahun

fin.co.id - 01/08/2024, 11:10 WIB

Bank Indonesia Berpotensi Turunkan Suku Bunga Acuan 50 Bps Hingga Akhir Tahun

Ilustrasi - Bank Indonesia berpeluang turunkan tingkat suku bunga acuan

fin.co.id – Bank Indonesia (BI) berpeluang untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) hingga akhir tahun ini, jika penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dapat terwujud. Hal ini disampaikan oleh Ekonom Senior PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto.

Menurut Rully, kondisi kebijakan moneter global saat ini mendukung ekspektasi awal, meskipun ada perubahan dalam waktu penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed). "Kami yakin The Fed akan menurunkan suku bunga acuan (FFR) pada bulan September, mengikuti tren inflasi di AS yang menurun," ujar Rully dalam keterangan pers pada Kamis, 1 Agustus 2024.

The Fed, yang baru saja mengadakan pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada akhir Juli, memutuskan untuk mempertahankan kisaran target FFR pada 5,25%-5,5%. Namun, mereka memberikan sinyal yang lebih jelas tentang kemungkinan penurunan suku bunga pada September mendatang. Respon pasar terhadap keputusan ini positif, terlihat dari kenaikan indeks S&P 500 sebesar 1,6% dan penurunan imbal hasil obligasi AS 10 tahun menjadi 4,03%.

"Indeks dolar AS juga turun menjadi 104,1, menunjukkan reaksi pasar terhadap sinyal penurunan FFR," tambah Rully.

Rully mengharapkan penguatan rupiah akan berlanjut hingga akhir tahun 2024, yang memungkinkan BI untuk mulai menurunkan suku bunga acuan secara bertahap. Meski inflasi domestik relatif stabil, volatilitas rupiah selama ini menjadi kendala utama bagi BI dalam penurunan suku bunga.

"Jika inflasi tetap terkendali, BI dapat melanjutkan normalisasi kebijakan moneter pada semester kedua tahun ini," ujar Rully. Ia memprediksi BI rate akan turun menjadi 5,75% pada akhir 2024.

Rully juga mengingatkan risiko terkait dengan proses normalisasi kebijakan moneter, termasuk potensi pengurangan kepemilikan BI pada obligasi pemerintah dan pergeseran kepemilikan dari Sertifikat Bank Indonesia (SRBI) ke obligasi pemerintah. "Ini merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan kebijakan moneter ke depan," tutupnya. (*)

Sigit Nugroho
Penulis