Kudatuli atau Sabtu Kelabu: Sejarah Kelam Dunia Perpolitikan Indonesia

fin.co.id - 27/07/2024, 20:55 WIB

Kudatuli atau Sabtu Kelabu: Sejarah Kelam Dunia Perpolitikan Indonesia

Kudatuli atau Sabtu Kelabu: Sejarah Kelam Dunia Perpolitikan Indonesia

fin.co.id - Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo menyebut, bahwa  pihaknya meminta Komnas HAM untuk memasukan peristiwa kudatuli sebagai pelanggaran HAM berat.

"Maka kita menyampaikan ke Komnas HAM agar ini dicatat sebagai pelanggaran HAM berat, dan kemarin sudah disampaikan tentu itu butuh perjuangan, butuh dukungan publik. Agar kemudian tidak terulang," ujarnya kepada awak media, Sabtu 27 Juli 2024.

Mantan Gubernur Jawa Tengah itu menambahkan, pihaknya sudah mengajukan berkas-berkas tersebut kepada Komnas HAM agar dijadikan pelanggaran berat. Bahkan setiap tahun dilakukan secara terus menerus.

"Tapi itukan butuh perjuangan sekali lagi, kemudian ketika penguasa menolak itu ya kita akan berjuang terus menerus," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Sejarah Indonesia DPP PDIP Bonnie Triyana mengatakan, ada tahapan ketika partainya berupaya menjadikan peristiwa kudatuli sebagai kasus HAM berat.

"Jadi kemarin Komnas HAM memberi jawaban pada Kami jadi ada tahapannya ketika sebuah kasus pelanggaran HAM itu dinyatakan berat, dia harus ada kajian dulu, kajiannya sedang dilakukan dan hampir selesai di Komnas HAM dan akan diplenokan oleh Komnas HAM untuk 27 Juli," tukasnya.

Sebagai informasi, saat itu massa pendukung PDI kubu Soerjadi bersama sejumlah orang yang diduga aparat, menyerang kantor DPP PDI yang diisi oleh massa pendukung PDI kubu Megawati Soekarnoputri.

Upaya penyerangan itu didukung oleh pemerintahan Orde Baru untuk menggulingkan kepemimpinan Megawati dari kantor pusat PDI.

Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, khususnya di kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, Kramat, Jakarta Pusat.

Dari hasil penyidikan Komnas HAM, sebanyak 5 orang massa pendukung Megawati tewas, 149 orang terluka dan 23 orang hilang.

Pemerintah saat itu menuduh aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) sebagai penggerak kerusuhan. Pemerintah Orde Baru kemudian memburu dan menjebloskan para aktivis PRD ke penjara.

Peristiwa itu pun dikenal sebagai kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli atau Sabtu Kelabu.

Dibanding tahun-tahun sebelumnya, peringatan 28 tahun peristiwa Kudatuli turut menampilkan kesenian musik yang dibawakan oleh putra aktivis Widji Thukul, Fajar Merah serta Sastrawan Amien Kamil.

Khanif Lutfi
Penulis