Nasional

Dewan Pengarah BPIP Sebut Pancasila Bukan Sekadar Simbol Sejarah

fin.co.id - 2024-06-15 15:45:04 WIB

Berdiri: Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo. Foto: Dok BPIP

fin.co.id - Juni merupakan bulan kelahiran Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni. Di tengah tantangan globalisasi dan perubahan sosial yang cepat, pemahaman yang kokoh tentang Pancasila sangat diperlukan untuk menjaga integritas dan kesatuan bangsa.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengatakan, Pancasila bukan sekadar simbol atau dokumen sejarah. Ia adalah jantung dari identitas kita sebagai bangsa.

Dia mengatakan, nilai-nilai kehidupan dan budaya bangsa Indonesia yang terwujud dalam Pancasila. Ia mengungkapkan bahwa proses penggalian nilai-nilai ini bukanlah sesuatu yang instan, melainkan melalui refleksi panjang terhadap keberagaman budaya dan kearifan lokal yang ada di Indonesia.

"Pancasila lahir dari pemikiran mendalam para founding fathers kita yang mencoba menggali budaya dan nilai yang ada di Nusantara. Dengan demikian, Pancasila adalah hasil dari proses kristalisasi nilai-nilai luhur yang ada di masyarakat Indonesia," terang Benny dalam keterangannya, Sabtu 15 Juni 2024.

Baca Juga

Pria yang biasa disama Romo Benny ini mengatakan, Pancasila sebagai ideologi negara pertama kali diperkenalkan oleh Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mencerminkan semangat gotong royong, toleransi, dan kebersamaan yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Pancasila telah teruji menghadapi berbagai ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri. Ia mengatakan, sepanjang sejarah, Pancasila telah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari ancaman ideologi asing hingga upaya memecah belah kesatuan bangsa.

“Pada masa Orde Lama dan Orde Baru, Indonesia menghadapi ancaman ideologi barat dan timur yang mencoba mempengaruhi arah kebijakan negara. Namun, berkat keteguhan dalam mempertahankan Pancasila, bangsa ini mampu melewati masa-masa sulit tersebut dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan,” katanya.

Dia juga menyinggung ancaman kontemporer seperti hilangnya etika dalam berkehidupan dalam masyarakat, selain ancaman yang lain seperti radikalisme, dan terorisme. Ancaman-ancaman tersebut kerap tidak hanya mencoba merongrong ideologi negara namun juga nilai nilai berkehidupan yang merupakan jiwa Pancasila.

“Di era digital dan globalisasi ini, kita dihadapkan pada berbagai tantangan baru seperti pergeseran nilai dan etika dalam masyarakat, ketimpangan sosial, perubahan iklim, dan disrupsi teknologi," tutur Benny.

Baca Juga

Benny berharap, semangat Pancasila semakin mengakar dalam diri setiap warga negara Indonesia. Namun juga dapat bekerja nyata dalam seluruh proses kehidupan bermasyarakat.

“Sosialisasi nilai-nilai Pancasila, terutama kepada generasi muda, merupakan investasi penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai luhur bangsa tidak saja tetap hidup dan relevan di masa depan," tuturnya.

Dia mengatakan, nilai-nilai Pancasila menjadi dasar etika dalam bergerak, bertingkah laku, dan membuat kebijakan bagi seluruh warganegara Indonesia. Tak terkecuali masyarakat maupun pemerintah

"Semoga semangat Pancasila terus berkobar di hati setiap warga negara Indonesia, menjadikan bangsa ini kuat, tangguh, dan siap menghadapi segala tantangan zaman," pungkasnya.

Mihardi
Penulis