News

Kemenkes Antisipasi Kenaikan Kasus COVID-19 Varian KP.1 dan KP.2 di Singapura

fin.co.id - 23/05/2024, 16:42 WIB

Ilustrasi APD Covid-19

Sementara itu, Syahril menegaskan bahwa belum ada urgensi pembatasan perjalanan.

“Menurut informasi yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan Singapura, berdasarkan penilaian risiko yang ada saat ini, belum ada urgensi untuk melakukan pembatasan perjalanan dari atau ke Singapura,” tegasnya.

Menurutnya, situasi transmisi Covid-19 masih terkendali sehingga belum memerlukan pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat meskipun ada lonjakan kasus.

Meski begitu, ia mengingatkan bahwa status endemi bukan berarti penyakit Covid-19 telah hilang, tetapi berada dalam situasi yang terkendali.

Hal ini berarti tidak menutup kemungkinan munculnya varian atau subvarian baru yang berpotensi menyebabkan lonjakan kasus atau bahkan kematian.

Oleh karenanya, ia mengimbau agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti cuci tangan, menggunakan masker bila sakit, serta melengkapi vaksinasi terutama bagi kelompok berisiko.

“Lakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti rajin mencuci tangan dan melakukan etika batuk/bersin. Jika merasa sakit, untuk dapat segera memeriksakan diri ke fasyankes terdekat, menggunakan masker, dan hindari untuk berkontak dengan banyak orang,” imbuhnya.

Untuk diketahui, varian KP.1 dan KP.2 yang saat ini menjadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Singapura memiliki tingkat penularan yang rendah.

Tidak ditemukan pula bukti bahwa subvarian JN.1 ini menyebabkan sakit berat.

"Belum ada indikasi, baik di global ataupun di lokal Singapura, bahwa dua subvarian ini menjadi lebih menular ataupun menjadi lebih dapat menyebabkan sakit berat, dibandingkan dengan varian yang lainnya,” kata Syahril.

Berdasarkan data Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) oleh ASEAN BioDiaspora Virtual Center per 19 Mei 2024, varian JN.1 mendominasi kawasan ASEAN.

Sedangkan untuk subvarian KP tidak hanya ditemukan di Singapura, melainkan juga di Malaysia, Thailand, dan Kamboja.

“Sampai Mei 2024, kasus COVID-19 yang beredar di Indonesia didominasi oleh subvarian Omicron JN.1.1, JN.1, dan JN.1.39. Kalau subvarian KP, belum ditemukan,” lanjut Syahril.

"Akan tetapi, kewaspadaan harus tetap kita jaga," tandasnya.

- Annisa Amalia Zahro -

Khanif Lutfi
Penulis