News . 11/05/2024, 20:33 WIB
Selain itu, limbah plastik bekas kemasan daging kurban sering terbuang begitu saja.
"Dikhawatirkan bibit penyakit dari sisa darah dan potongan daging ternak ikut terbuang dan mencemari lingkungan," ujar Jepri ketika dihubungi pada Sabtu, 11 Mei 2024.
Bahan plastik juga berpotensi bocor, robek, ataupun tidak terikat dengan benar sehingga berpengaruh pada kualitas daging dan daya simpannya.
Sebaliknya, kemasan kaleng lebih terjaga dari paparan udara luar.
Bahan kaleng juga tidak mempengaruhi pH yang berpengaruh pada kualitas daging.
"Secara kualitas tidak mempengaruhi. Tidak ada bahan kimia yang mungkin bisa menurunkan atau menaikkan ph," sambungnya.
Apabila pH terlalu asam, lanjut Jepri, daging mudah busuk atau rusak.
Sedangkan pH yang terlalu basa bisa menyebabkan daging mengeras atau alot.
Kendati demikian, ia menggarisbawahi bahwa penanganan daging kurban sejak penyembelihan hingga pengemasan harus dilakukan dengan baik.
Terlebih proses pemotongan bukan oleh jagal profesional.
"Bukan yang biasa menyembelih daging hewan, jadi proses deboning dihilangkan," tandasnya.
Proses deboning sendiri pemisahan tulang dan serpihannya dari daging.
Apabila proses ini dihilangkan, dapat menyebabkan kontaminasi bahaya fisik pada daging.
Bukan hanya itu, hal yang sering terlewat adalah pemisahan area kotor dan area bersih.
Tak jarang jeroan dicampur dengan daging merah sehingga memungkinkan terjadinya cross contaminant (kontaminasi silang) bakteri dari kotoran ke daging yang dapat mempercepat pembusukan daging.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com