Catatan Dahlan Iskan

Kafe Kaifa

fin.co.id - 08/04/2024, 06:00 WIB

Suasana Kafe Kaifa. mengambil air minum di trotoar Madinah.

"Gunung-gunung batu itu sebentar lagi pasti akan dihancurkan. Untuk perluasan Madinah," ujar Mas Bajuri.

"Jangan," tukas saya. Cukuplah Madinah seluas sekarang. Kalau pun melebar jangan menghancurkan pegunungan batu itu. Kelak gunung itu akan jadi kekayaan alam yang tidak bisa dibeli.

Kalau di Tiongkok ada gunung batu sedekat kota seperti Madinah pastilah sudah disulap jadi emas. Pasti akan ada lampu sorot aneka warna di waktu malam. 

Aneka cahaya akan menyorot puncak-puncaknya yang magis. Sekalian untuk pertunjukan cahaya.

Agak di luar kota Madinah saya lihat sudah ada satu gunung batu yang dibuat seperti itu. Masuklah kota Madinah malam hari. Satu lampu sokle sangat kuat menyorot sebuah puncak gunung batu yang tinggi nan besar. Satu warna cahaya. Itu saja sudah menakjubkan.

Kelak bisa jadi satu puncak satu warna. Puncak lain warna lain lagi. 

Siapa tahu kelak tur di sela umrah dilakukan malam hari. Dari pada tur umrah yang hanya itu-itu saja: kebun kurma.

Saya tentu cukup sekali saja ke kebun kurma. Lima tahun lalu itu. Yang di situ terlalu banyak makan kurma mentah. Sampai pencernaan saya terganggu luar biasa. Aorta saya pun pecah. Anda sudah tahu ceritanya --pun sebelum saya tulis.

Setelah usai subuh ke Kafe Kaifa, malam harinya saya ke sana lagi: kali ketiga. Ingin tahu suasana malamnya yang gemerlapan. Juga ingin beli roti channai --sebagai penebus dosa roti pratta.

Naik kelasnya kota Madinah sekarang ini bisa jadi ikut membawa perubahan perilaku jamaah umrah: mulai malu kalau buang sampah sembarangan. Juga malu kalau tidak ikut tampil indah.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Disway Edisi 7 April 2024: Madinah Kafe

M.Zainal Arifin

Kehujanan di internet. Nulis lagi. 1978 di Madiinah masih leluasa kapan saja, tanpa berjubel, mendekat ke quburan Nabi s.a.w., ke Roudhotu Nnabi. 2018 di Madiinah, gagal mendekat ke quburan Nabi. Berjalan 1 arah, Lewat pintu tertentu. Jauh. Hari2 selanjut nya sakit tipes, Karena terlambat makan, Cuma bisa tiduran di kamar hotel. Tak bisa santai duduk2 di cafe bersama permaisuri. Semoga bisa kunjungi Madiinah lagi. ONH 1978: 750 rb rp. Diberi sangu oleh Simak: 1 jt rp. Beri oleh2 untuk Bapak: bahan celana panjang: wool kualitas tinggi, halus. Kakek: sorban bordiran halus. Robbi ighfir lii wa li waalidayya, Wa ircham humas kamaa robbayaa nii shoghiiroo.

Liam Then

Berikut pesan terakhir Sun Yat Sen sebelum tutup usia. Saya terjemahkan pakai google translate, kwkwkwwkkw, soalnya panjang banget, lama ngetikmya kalo terjemahkan sendiri. Selama empat puluh tahun saya mengabdikan diri pada perjuangan revolusioner. Tujuan saya adalah untuk mencapai kebebasan dan kesetaraan bagi Tiongkok. Berdasarkan pengalaman saya selama empat puluh tahun, saya melihat bahwa untuk mencapai tujuan ini, kita harus membangkitkan semangat seluruh bangsa dan bersekutu dengan negara-negara yang mau memperlakukan Tiongkok dengan pijakan yang setara. Kalau begitu mari kita bangkit dan berjuang bersama! Revolusi belum tercapai!” Dalam surat terakhirnya kepada Uni Soviet, ia mengungkapkan harapan bahwa “harinya akan segera tiba ketika Uni Soviet, sebagai teman dan sekutu, akan menyambut Tiongkok yang kuat dan mandiri serta Tiongkok dalam perjuangan besar.” demi pembebasan rakyat tertindas di dunia, kedua negara kita akan maju bergandengan tangan untuk meraih kemenangan. Luar biasa juga kalo dipikirkan, 40 tahun perjuangan Sun Yat Sen.

Ari Nur Cahyo
Penulis
-->