News

LKB Minta Cluster di PBB Setu Babakan Bernuansa Betawi

fin.co.id - 11/03/2024, 12:37 WIB

Cluster yang berada di sekitar kawasan Setu Babakan.

FIN.CO.ID - Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Beky Mardani menyayangkan cluster di Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan tidak ada yang bernuansa Betawi. Dia khawatir, jika hal itu terus dilakukan maka Setu Babakan akan gagal seperti Condet.

“Jika begini terus, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan bisa gagal seperti Condet," kata Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Beky Mardani kepada wartawan, Senin 11 Maret 2023.

BACA JUGA:

Kegundahan Beky lantaran kondisi PBB Setu Babakan makin memprihatinkan. Ia mencontohkan, makin banyak cluster yang marak dibangun. "Saat ini saja sudah lebih dari 60 cluster, satu pun tidak ada yang bernuansa Betawi" ujarnya.

Rumah cluster merupakan jenis perumahan yang dibangun di lingkungan yang sama, dengan bentuk bangunan berdesain modern yang serupa. Meski terdapat sejumlah rumah yang modelnya sama, namun jumlah unit pada kompleks tersebut biasanya terbatas.

Beky menjelaskan, PBB Setu Babakan dirancang oleh Pemerintah DKI Jakarta sebagai kawasan yang berfungsi sebagai melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi. "Rumah yang ada di kawasan ini harus seluruhnya berarsitektur Betawi, sesuai Pergub Nomor 151 tahun 2007," pungkasnya.

Beky mengingatkan, jauh sebelum munculnya PBB Setu Babakan sebenarnya daerah Condet Jakarta Timur pun pernah dijadikan kawasan cagar budaya melalui SK Gubernur No. D. IV-1511/e/3/74 bertanggal 30 April 1974. Saat itu, sambung Beky, gubernurnya Ali Sadikin, yang menjabat sejak 1966 hingga 1977.

Penetapan Condet sebagai kawasan cagar budaya di masa itu agar aset kultural atas praktik budidaya pertanian dan perkebunan yang ketika itu masih cukup eksis dilakukan masyarakat setempat. Bahkan, terangnya, saat itu kental budaya khas masyarakat Betawi dan dapat dipertahankan serta dilestarikan.

Lebih istimewa lagi lokasi Condet di tepi Sungai Ciliwung yang mengalir pernah ditemukan benda-benda arkeologis, seperti kapak perimbas dan aneka peralatan yang biasa digunakan manusia purba. Temuan itu diperkirakan milik masyarakat hunian yang hidup di tepian sungai Ciliwung dan diduga sebagai nenek moyang masyarakat Betawi.

Saat ini kondisi Condet tidak lagi mencerminkan sebagai Kampung Betawi. Karena masyarakatnya semakin majemuk dan bangunannya semrawut.

"Jelas Condet gagal sebagai Cagar Budaya Betawi," ujar Beky yang juga Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Barat ini.

Sementara itu, kata dia, PBB Setu Babakan di Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan yang ditetapkan lewat Perda Nomor 3 Tahun 2005.

Ketua Forum Pengkajian dan Pengembangan PBB Abdul Syukur menjelaskan, Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Berdasarkan SK tersebut akhirnya mulailah dibangun embrio PBB pada tanggal 15 September 2000.

"Namun belakangan ini banyak penyimpangan dari rencana awal. Banyak masukkan dari Forum Jibang tidak digubris oleh Pemda," katanya.

Padahal, menurut Syukur, PBB Setu Babakan adalah benteng terakhir mempertahankan kebudayaan Betawi. “Itu komitmen kami sebagai penduduk inti kota Jakarta,” ujarnya.

Mihardi
Penulis
-->