Catatan Dahlan Iskan . 29/01/2024, 06:00 WIB

GovTech Anas

Penulis : Ari Nur Cahyo
Editor : Ari Nur Cahyo

Lagarenze 1301

Saya pernah berkunjung ke Monumen Pers di Solo. Di situ saya dapat cerita mengenai koran zaman dulu. Dulu tak ada istilah salah ketik atau salah tulis. Kalau ada kata yang salah, istilahnya (seharusnya) salah pasang. Ya, karena kata dan kalimat di koran zaman dulu dibuat dengan cara menyusun huruf yang terbuat dari timah. Satu per satu sampai terbentuk satu kata, satu kalimat, satu berita, hingga satu halaman. Bikin koran 10 tahun atau 20 tahun lalu sudah enak. Wartawan ngetik di komputer, dipermak oleh editor di komputer juga, disusun sedemikian rupa oleh layouter di komputer juga, lalu dikirim ke komputer percetakan untuk jadi plate. CtP. Ah, cerita lama, tentang koran (cetak) yang sudah senjakala.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

TAHUN 70AN ITU.. Selain menulis berita untuk harian El Bahar, saya juga sering mewawancarai tokoh untuk menggali ketokohannya, untuk tujuan inspirasi bagi pembaca. Tapi juga untuk saya sendiri. Karena itu saya sering mewawancarai tokoh yang saya kagumi. Atau yang beliaunya sering nulis. Dan saya suka.. Antara lain, yang pernah saya wawancarai, dan saya masih ingat adalah: 1). Pak Asmaraman Sukowati, atau pak Kho Ping Hoo. 2). Pak Mochtar Lubis, wartawan. 3). Pak N. Daldjoeni, kolumnis Kompas. 4). Pak Abdul Wahab, wartawan yang memotret insiden Hotel Yamato Surabaya tahun 1945. 5). Pak DR Boedi Santoso, saat itu Kepala Lab Nuklir "Kartini" milik BATAN di Yogyakarta, yang lulus Doktor Nuklir di usia 26 tahun. Itu yang saya masih ingat dan dimuat di majalah SEMANGAT yaitu "majalah muda-mudi Katholik", terbitan PT Kanisius. Pada jamannya majalah itu satu-satunya majalah yang dicetak offset dan dengan kertas HVS. ### Tulisan itu, sebagian besar saya udah lupa. Yang di atas saya masih ingat, karena saya masih menyimpan dokumennya..

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

@pak MZA Kepada kelg majikan, saya sangat berterima kasih. Apalagi kehidupan mereka tidak beruntung. Anaknya yang saat kecil biasa saya mandikan, kerjanya juga kurang sukses. Jadi setelah saya mapan ganti saya yang sering bantu-bantu mereka.. ### Saling. Dan gantian..

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

TULISAN PERTAMA SAYA BERJUDUL: ASAL MULA TAWON ENDAS.. Orang Indonesia itu merdeka tahun 1945. Sedangkan saya merdeka tahun 1971. Yaitu saat saya mulai bosan jadi ART. Yang saya lakukan saat itu adalah: menulis cerita anak-anak berjudul Asal Mula Tawon Endas. Kemudian, tulisan saya kirim ke majalah "Gatotkaca". Yaitu suplemen harian Kedaulatan Rakyat (KR) Yogyakarta, berupa majalah anak-anak. Ternyata cerita itu dimuat, dan diberi honor Rp 150. Maka sejak itu, 10 tulisan yang pertama saya tulis di usia itu, semuanya menghasilkan honor. Honor itu sebenarnya "tidak seberapa". Tapi bagi mantan pengemis dan mantan ART, nilai honor itu sangat tak ternilai.. ### Sejak tulisan ke 10 keluar honornyalah, maka saya "merdeka". Bebas dari perbudakan. Dan setara dengan WNI lainnya..

Jimmy Marta

Jurus jitu. Satpam diperintahkan memborong sebanyak mungkin nasi bungkus dari warung nasi sepanjang jalan Karah Agung untuk ribuan orang yg berdemo di depan kantor. Menjelang Asar, tercapailah kesepakatan. Di kampung sy ini ada pepatahnya, 'Berunding sesudah makan, bertanya sehabis jalan'. Artinya, kalau ada orang yg datang sambut dg ramah tamah, hormati dan ajak duduk, suguhi minum. Sehabis letih dan dahaga boleh lah mulai bertanya, apa maksud kedatangannya. Apa yg bisa kami bantu...

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

@Fiona Handoko Ysh pak Mario.. Mesin ketik biasa. Tapi yang terbuat dari besi. Sehingga kalau operator "marah", mesin ketik dipukul-pukul, mesin itu tidak rusak. Mengapa operator marah disebut..? Operator gampang marah karena kerjanya "tensi tinggi". Bayangkan: 1). Kecepatan tinggi, yaitu 270 huruf per menit. Kecepatan tinggi dan tetap karena ngirimnya pakai "mesin", yaitu transmitter distributor. 2). Setiap ganti dari telegram 1 ke telegram berikutnya, saat ganti kertas, kiriman morse tidak berhenti. Padahal operator harus mengetik nama, tanggal dan jam penerimaan. Sebagian huruf disimpan di "memori otak", dan ssat itu kiriman huruf-huruf berikutnya tetap jalan. 3). Kerjanya berdasar skedul hubungan. Istirahat 1-2 menit kayak profesi lain tidak bisa. Mau ke toilet pun harus ijin operator kantor lawan.. ### Kerjaannya sederhana. Gajinya juga sederhana.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

TENTANG TELEGRAM "SAYA pun malas menjelaskan pada anda apa itu TELEGRAM. Khawatir anda menertawakan teknologi komunikasi masa lalu", begitu tertulis di artikel CHDI hari ini. Maka, biarlah saya yang menjelaskan. He he Saya tidak malas.. PASTI ANDA TAHU. PT Pos dan PT Telkom itu dulunya satu "jawatan". Namanya Jawatan PTT. (Pos, Telegrap dan Telepon). Jadi Telegrap itu satu step metode berkomunikasi di atas "surat". Metode penyampaian berita tidak lagi dikirimkan lewat pak Pos, tapi berita yang dikirim dalam bentuk "kumpulan huruf", dikirim lewat kode morse. Ada operator pengirim. Ada operator penerima Operator morse..!! Nah, saya pertama kali bekerja di Kantor Telegrap Ambon, sebagai operator morse. Karena ini untuk komersiil, maka pengiriman kode morse harus dengan kecepatan tinggi. Kalau kirimnya, kecepatan tinggi itu ada alatnya. Tetapi penerimaanya masih manual. Yaitu harus dengan telinga. Saat ujian akhir pendidikan operator morse, kecepatannya adalah 150 huruf per menit Jadi telinga saya harus mendengar dan mengetik sampai 150 huruf. Begitu di "lapangan", mereka bekerja dengan kecepatan 270 huruf per menit. Dan itulah yang harus saya lakukan, di tahun 1974, setiap hari, selama 8 jam. Untuk bisa jadi operator morse, saya harus bisa mengetik 400 huruf per menit. Saat itu peraturan kepwgawaian di Telkom masih sama dengan PNS. Dan karena ijasah yang disyaratkan hanya SMP, maka saat itu pangkat saya adalah Gol I/C. ### Untunglah, dunia berubah..

Lagarenze 1301

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com