Catatan Dahlan Iskan . 29/01/2024, 06:00 WIB

GovTech Anas

Penulis : Ari Nur Cahyo
Editor : Ari Nur Cahyo

Fiona Handoko

selamat sore bung mirza, bp lt. th 1991 adalah tahun pertama saya kuliah di jakarta. waktu itu harga seporsi kuetiau siran "28" @ 2.000 an. saat ini, kuetiau tsb seharga rp 50.000 an seporsi. berarti kalau perbandingan inflasinya sama. gaji bp jto saat itu rp 200.000 equivalen rp 5 jt saat ini. mungkin bung mirza ada salah ketik. harusnya "gaji wartawan hanya senilai harga eceran koran 800 exp"

Mirza Mirwan

Mas Sekcam heran, masa iya gaji wartawan baru Jawa Pos 33 tahun yang lalu hanya Rp200.000/bulan. "Kira-kira benar nggak itu, Pak?" tanyanya saat melintasi halaman masjid seusai berjamaah Asar. "Wah, nggak tahu saya, Om." Saya sendiri juga sangsi, benarkah yang ditulis Bung Joko Intarto itu. Nun sewaktu saya jadi WTS -- wartawan tanpa suratkabar -- akhir 1979 sampai awal 1982 saya pernah satu kali kirim berita ke Jawa Pos. Tapi waktu itu masih di bawah manajemen lama. Yang saya ingat honor untuk satu berita kalah jauh dari koran lain di kota yang sama, Surabaya Post, yang relatif sama dengan koran nasional di daerah, seperti Suara Merdeka (Semarang), Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta), Pikiran Rakyat (Bandung), dan Waspada (Medan). Waktu mendiang Pak Eric Samola (Dirut PT Grafiti Pers) mengakuisisi Jawa Pos 1982, saya sudah di NYC. Mungkin dengan gaji Rp200ribu itu status Bung Joko Intarto masih "trainee", belum wartawan penuh. Soalnya tahun 2000/2001 itu honor sebuah cerpen di majalah Kartini saja, seingat saya, Rp400-500rb -- honor sinopsis FTV sepanjang 4-5 halaman kuarto ke rumah produksi malah Rp1-2juta. Padahal di tahun itu (kayaknya waktu Pemred-nya Pak Dhimam Abror) tiras Jawa Pos di atas 500rb eksemplar. Masa iya, sih, gaji wartawannya hanya senilai harga eceran 8-10 eksemplar? Ah, sudahlah, saya mau nonton final Australia Open 2024 untuk tunggal putra, antara Jannik Sinner (Italia) vs Daniil Medvedev (Rusia).

Xiaomi A1

Mencoba ioniq 5.. Komen ini harusnya untuk chd kmarin, namun tak apa, lbh baik komen daripada tdk komen.. Pada liburan akhir thn lalu kami ke bali via darat, untuk menghemat waktu dari sby sampe probolinggo kami lewat tol, exit di pintu gending..setelah gending saat memasuki jalan raya probolinggo arah kraksaan, saya melihat di spion dari arah belakang muncul hyundai ioniq 5, terlihat cukup kencang, dlm beberapa detik ioniq 5 tsb sudah didepan mobil kami, saya penasaran untuk mencoba membuntuti untuk mengetahui seberapa cepat dan lincah ioniq 5..ternyata mobil 2400cc dgn bbm ron 92, cukup kuwalahan untuk mengikuti ioniq 5, akselerasinya untuk sprint2 pendek benar2 luar biasa, klo mo nyalip dgn sekali intip ioniq 5 bisa langsung masuk, dan didukung bodinya memang aerodinamis..setelah saya googling power ioniq 5 yg long range memang cukup tinggi, di angka 214 hp..makanya tidak mengherankan klo Abah Dis sangat antusias dgn mobil barunya..ioniq 5 memang mobil yg sangat fun..

DeniK

' Tidak ada logika tanpa Logistik ' Pak satpam memborong nasi bungkus . Perut kenyang pikiran tenang. Ada tiga yang sangat berbahaya: Singa yang sedang lapar dan Macan yang sedang tidur. Yang ke tiga silahkan isi sendiri. Selamat hari Ahad.

Mirza Mirwan

Jujur saja, Bu Nimas, saya malah baru tahu kata-kata bijak itu dari Bu Nimas. Dan itu 100% benar. "Bila kakimu meninggalkan jejak di bumi, maka lisanmu meninggalkan jejak di hati." Itulah kenapa kita diingatkan untuk selalu menjaga lisan kita. Luka tersayat pisau ada obatnya, tapi hati yang terluka oleh omongan kita, ke mana akan mencari obatnya? Semoga kita terhindar dari berkata/menulis yang bisa melukai hati sesorang. Syukur-syukur malah bisa meninggalkan jejak kebaikan di hati sesama: memberi motivasi, menguatkan hati sesama yang sedang menghadapi ujian hidup, menghibur hati yang sedang gundah. Aamiin.

Juve Zhang

Gaji wartawan JP 200 ribu sebulan.....anda tahu itu lah Gaji dokter senior di Tiongkok....kala Tiongkok Miskin bin Melarat.....itu Dokter Senior yg jelas bagus...diagnosa Joss.....bukan kaleng kaleng.......begitu miskin nya mereka para dokter ke RS pake sepeda Ontel.....wkwkwk...atau bis kota.....tapi mereka Ilmunya bukan kaleng kaleng......di kita saat itu Gaji Dokter sudah Jut Jut an.....ilmu nya ....tong kosong nyaring bunyinya......FLP.....SGIE....GreenFlation.....sudah merasa Profesor hanya bisa menyebutkan istilah istilah keren......isinya Cuma Pentium yg sering Hang .....wkwkkww...menyedihkan calon pemimpin model Pentium begini.....akankah kita mengikuti napak Tilas Argentina dan Venezuela jadi Rakyat Miskin bin Melarat.....akankah kita tukar tempat duduk sama Tiongkok.....yg dulu gaji dokter senior setara wartawan baru 2 bulan di JP.....semua di tangan Kita ....Rakyat.....anda salah pilih pemimpin....bukan mustahil kita ganti tempat duduk sama Tiongkok.....kita miskin bin melarat karena RP jatuh ber guling guling oleh ulah politisi sesat dan sesaat......semoga IQ rakyat kita minimal lebih tinggi dari IQ pemegang hak cipta Asam Sulfat.......wkwkwkw

Leong Putu

33 tahun yang lalu gaji wartawan 200rb/bulan? Masuk akal. 23 tahun yang lalu, di tempat kerja yang lama, saat baru masuk gaji saya cuma 1,5 juta tapi komisi/ bulan bisa mencapai 3 juta, belum lagi insentif /tiga bulan kalau masuk target terus, bisa dapat 3juta, ada tunjangan penempatan 500rb/bulan dan sewa kendaraan 500rb/ bulan. Mungkin saja 200rb itu gaji pokok, bisa jadi kalau berita yang didapat bisa masuk headline akan ada komisinya sebab wartawan bisa jadi yang dibayar bukan lehadirannya tapi berita yang diperoleh. Eheeeem.....

Rizal Falih

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com