News . 22/01/2024, 08:25 WIB
Kenaikan harga dapat bersifat jangka panjang, seiring upaya negara untuk memenuhi komitmen untuk menjaga lingkungan dengan melakukan transisi penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan.
Dilansir dari Euronews, Greenflation adalah kenaikan harga barang akibat kebijakan lingkungan yang dibuat demi mengusung transisi ke energi hijau.
Ketika melakukan transisi dari energi fosil ke energi terbarukan, maka akan ada peningkatan permintaan pasar sehingga harga akan naik menyesuaikan dengan supply barang yang tersedia.
BACA JUGA:
Dalam dunia pasar, inflasi sebuah kebijakan lingkungan terhadap biaya penyediaan barang dan jasa yang diteruskan melalui rantai pasokan ke harga konsumen.
Ketika pemerintah melakukan perubahan transisi energi ke energi terbarukan akan ada beberapa komoditi yang mengalami kenaikan harga.
Komoditi ekspor seperti nikel, bauksit sampai tembaga mengalami kenaikan cukup tinggi.
Harga logam seperti timah, aluminium, tembaga, nikel-kobalt telah meningkat hingga 91 persen tahun ini. Sedangkan, logam-logam ini digunakan dalam teknologi yang merupakan bagian dari transisi energi menuju energi terbarukan.
Hal ini tentu akan meningkatkan biaya produksi sehingga untuk memberikan kompensasi, maka harga jadi dan proses transportasi akan dinaikan. Kegiatan ini tentu akan mempengaruhi inflasi global yang di target mencapai 2 persen per tahun yang merupakan nilai wajar.
Demikian informasi mengenai Green Flation semoga bisa bermanfaat untuk kalian semua.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com