Catatan Dahlan Iskan . 20/01/2024, 06:14 WIB

Emas Budi

Penulis : Ari Nur Cahyo
Editor : Ari Nur Cahyo

djokoLodang

Serat Jaka Lodang (lanjutan) Bait 1 menunjukkan hukum alam, Diartikan secara kiasan: Yang tinggi bisa jatuh, yang di bawah akan naik. Saat berada di puncak, tetap eling, tidak lupa diri, tidak serakah, Yang masih di bawah, tetap bersemangat, tetap berjuang. Lalu, siapakah yang --menurut syair di atas-- akan pergi meninggal kan negeri ini? Arti harfiahnya, lari ke luar negeri. Arti yang lain, Anda lebih paham daripada saya. Mereka yang tidak bisa menerima hukum alam, yang tidak bisa menerima kenyataan, dijelaskan lebih lanjut pada bait ke-2: Kejatuhan kita dan kenaikan kita, dua-duanya tidak langgeng. Yang naik panggung seyogyanya memperhatikan yang turun panggung. Hari ini saya yang naik tahta, besok anda. Yang sudah saatnya turun, jangan bersikukuh. yang masih di bawah, ada saatnya nanti naik. Jangan sombong, jangan angkuh, bagi yang sedang bertahta. Jangan putus asa, bagi yang sedang berjuang. Bait ke-3 menyatakan, apa pun yang kita usahakan, akhirnya Allah yng menentukan. Itu sebabnya, ada nasihat para leluhur kita. Berupaya, bekerja keras, ulet, rajin. Setelah itu, hanya setelah itu, baru lah kita serahkan semuanya kepada Tuhan. Tidak mengeluh. Itu lah makna "nrimo ing pandum".

Gregorius Indiarto

Selama pemahaman tentang "Sesamamu Manusia" masih belum sama, maka akan sulit (memahami) apa lagi menerima perbedaan, dan akan sangat jauh dari kata "kesetaraan".

Udin Salemo

#everyday_berpantun Di Pandaan ada Masjid Merah/ Disana dilarang minuman miras Perbedaan itu hal yang indah/ Bagi yang memakai pikiran waras/ Di Terengganu dinamakan halia/ Bumbu masak dibawa dari Air Haji/ Di kampungku buya itu orang mulia/ Itulah panggilan untuk guru ngaji/ ------------------------------------------------------------ lamak bamain layang-layang/ bamain gundu kito kamudian/ lamak babini jo urang Sungayang/ disinan banyak buah durian/ taragak denai pai ka Lintau/ denai barangkek dari Lolong/ taragak denai makan ka lapau/ sayang saku-saku sadang kosong/

sinung nugroho

saya bersyukur Abah memasukan Nurcholish Madjid, Quraish Shihab, dan Buya Syakur dan Gus Dur sebagai cendekiawan muslim bukan ulama. Artinya pendapat-pendapat beliau-beliau tersebut berdasarkan pemikiran bukan berdasarkan nash-nash agama, sehingga bagi saya beliau berempat tersebut dalam kelompok yang sama dengan Socrates, Plato, Kahn bukan dalam kelompok ulama seperti Imam Syafii, Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Muhammad bin Hambal, Imam Nawawi, Imam Ibnu Rajab, Imam Ibnu Hajar Al Asqolani

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com