News

Prof Henri Subiakto Bilang Jika Megawati Terus Remehkan Jokowi, Maka Ganjar dan PDIP akan Kalah Pilpres

fin.co.id - 07/08/2023, 10:57 WIB

Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Profesor Henri Subiakto (tengah).

Henri melalnjutkan, sikap Prabowo yang memilih bergabung dengan pemerintahan Jokowi merupakan perkembangan poitik yang bagus yang dapat mencairkan pembelahan. 

Sayangnya, kata dia. pembelahan tadi ada yang memanfaatkan, munculnya simbol baru pengganti Prabowo sebagai 'lawan' atau antitesis Jokowi, yaitu Anies Baswedan. 

"Anies ambil peran dan posisi simbolik milik Prabowo sebelum jadi Menhan, yaitu sebagai 'rival' Jokowi. Walau dulunya pernah jadi menteri, jadi tim sukses Jokowi, lalu Gubernur, bisa berubah 180% menjadi simbol baru 'lawan' Jokowi," kata Henri Subiakto.

Menurut Henri, Anies mempunyai basis dukungan sebagiannya dari pendukung Prabowo Subianto yang merasa kecewa terhadap Prabowo Subianto. 

Dengan begitu, Prabowo Subianto harus mempuyai strategi untuk mendapatkan dukungan kembali.

"Prabowo cukup sukses mendapat simpati dari sebagian pendukung Jokowi. Perubahan perilaku politik dan komunikasi politik Prabowo yang makin santun dan tidak menyerang Jokowi sebagian membuahkan hasil," kata Henri. 

Dia mengatakan,Prabowo butuh dukungan yang lebih besar, tak hanya dari simpati pendukung Jokowi tapi juga berharap kembali dapat dukungan dari pemilihnya masa lalu. 

Henri menilai, cara Prabowo untuk kembali menarik pendukung lawasnya, adalah dengan memunculkan Rocky Gerung dengan kritik-kritikan kerasnya terhadap Jokowi. 

"Itulah tugas Rocky Gerung, untuk testing the water sekaligus kembali membangkitkan tuduhan-tuduhan buruk kepada Jokowi. 

Harapannya, kata Henri, jika ada pertentangan dan kegaduhan di antar dua kubu, maka Prabowo tampil sebagai tokoh pemersatu.

"Tokoh yang ada dan bisa diterima di kedua kubu ialah Prabowo. Bukan Ganjar, bukan pula Anies. Jadi Rocky Gerung  memainkan peran ini," katanya.

Lebih lanjut, prof Henri mengatakan, Jokowi akan bermain 'dua kaki' atau tidaknya itu tergantung dengan sikap PDI-Perjuangan. 

"Kalau PDIP masih seperti karakternya sekarang, Ganjar bisa kalah. PDIP pun bisa tidak lagi jadi partai pemerintah," kata dia.

Menutunya, jika PDIP bisa merangkul Jokowi dan Ganjar Pranowo berembuk dari hati ke hati, dengan kesepakatan setara,  bukan antara pemilik partai dengan petugasnya, maka arah politik bisa berubah. 

"Tapi jika PDIP menganggap Jokowi sudah habis, gak akan jadi apa-apa, setelah 2024 dan meremehkannya, politik akan makin rumit. Main dua kaki itu tuntutan bagi politisi. Sebagaimana juga dilakukan pak Jokowi, pak Prabowo, bahkan Anies  sekalipun juga melakukan hal sama. Politisi dan ketua ketua partai juga sama saja. Itulah tuntutan kepentingan politik masing2 dalam kondisi politik yg tak pasti," pungkasnya. (*)

Admin
Penulis
-->