Namun, Sigit menilai masih ada kendala sebab namanya suporter atau pendukung klub itu tidak semuanya berada di satu kota, tetapi pasti ada di berbagai kota termasuk di Kota Semarang.
“Protes Persebaya sangat masuk akal. Hal ini juga bisa terjadi pada klub-klub lain, yang merasa sudah mensosialisasikan larangan suporternya datang pada laga tandang. Dalam konteks kehadiran normal saja, klub yang dikenai sanksi tetap merasa dirugikan. Soalnya, belum tentu yang hadir ini suporter yang bernaung di bawah organisasi fans yang diakui klub, dan lagi tren munculnya suporter gelap tidak resmi," urainya.
"Ambil contoh ada oknum simpatisan Persebaya yang nonton laga tim Bajul Ijo di kota X (luar Surabaya), di mana ia tinggal disitu. Begitu ketahuan, Persebaya dihukum Rp 25 juta, ya kesan sanksi dipaksakan,” sambungnya.
Sigit pun menyinggung soal regulasi yang dikeluarkan oleh PSSI kepada klub tidak begitu detail soal petunjuk pelaksanaan, karena dalam regulasi tersebut tidak begitu rinci dijelaskan.
Buat Sigit, regulasi yang sudah dikeluarkan butuh waktu, butuh sosialisasi dan butuh aturan yang bersifat mengikat suporter agar mereka patuh pada aturan.
“Ini semata kurang detailnya juklak terkait regulasi. Untuk detail, harus diserahkan pada tokoh yang in charge di dunia suporter dan paham regulasi. Tak cukup berstatus pengurus, lalu bikin regulasi tapi kurang paham akar masalah suporter secara detail,” tandasnya.
Sebagaimana diketahui, dalam artikel berjudul "Di Mana Akal Sehat Komdis?" yang dipublikasikan di laman resmi klub Persebaya Surabaya, manajemen klub Bajul Ijo Candra Wahyudi mengutarakan kekecewaannya setelah klubnya mendapat sanksi denda Rp 25 juta dari Komdis PSSI tanpa ada kesempatan banding.
Pada tulisan itu, Candra juga menyebut pihaknya sudah melakukan segala upaya untuk memastikan Bonek tidak hadir pada laga yang digelar di Stadion Jatidiri tersebut, salah satunya adalah merilis imbauan larangan menonton laga tandang dan menggelar acara nonton bareng.
Merespon perihal kekecewaan manajemen Persebaya Surabaya terhadap Komisi Disipilin (Komdis) PSSI, Erick Thohir memastikan bakal menindak tegas dan mencopot jabatan para oknum "nakal" dalam tubuh PSSI
“Memang ya pimpinan Komdis, anggota Komdis tidak ada yang sempurna. Tetapi mereka sudah mau kerja mingguan itu yang sulit dan pasti ada konsekuensinya, kalau tidak bagus ya (saya) copot,” kata Erick.
“Jadi mari kasih kesempatan untuk semua bekerja, jadi tidak semua dalam satu minggu ini langsung selesai,” tambahnya.
Erick juga menyinggung permasalahan wasit Indonesia juga tidak bisa diselesaikan dalam waktu sekejap.
Pihaknya akan terus berupaya memperbaiki kualitas wasit dan salah satunya adalah penerapan Video Assistant Referee (VAR) yang kini sudah memasuki pelatihan kedua.
“Semua perbaikan perwasitan itu tidak mungkin tiga minggu selesai. Kita sudah komitmen sama liga untuk penggunaan VAR di Februari dan ini sudah training kedua dan ini serius bukan hanya cita-cita,” ucap Erick.
Lebih lanjut, pria yang juga menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara itu berharap semua pihak untuk bersabar dan memberikan waktu kepada sepak bola Tanah Air yang sedang memasuki masa transisi menuju lebih baik ini berjalan sempurna.