“Jadi sama dengan LG ini, menurut saya bagian dari rencana kita untuk membangun ekosistem digital baterai dan kita harus seperti yang dilakukan oleh Pak Bahlil, kita harus terus menjaga komitmen mereka. Nah tetapi bukan berarti juga kita bergantung,” urainya.
Lebih lanjut kata Piter, jika Indonesia tergantung hanya dengan satu atau dua investor dikhawatirkan posisi Indonesia menjadi tidak memiliki daya tawar yang kuat sehingga dapat dikontrol oleh pihak investor.
“Harus mencari pihak-pihak yang bisa kita ajak kerjasama karena kalau kita bergantung itu kita bisa dimanfaatkan oleh investor, kita di corner bentuk-bentuk kerjasama kita itu, kita jangan menjadi tangan di bawah. Jadi kita memang sangat perlu mengembangkan, memperbanyak pihak-pihak yang bisa kita ajak kerjasama,” katanya.
Dijelaskan Piter, pada prinsipnya menjalin hubungan bisnis dengan investor harus dapat saling menguntungkan kedua belah pihak. Meskipun pemerintah menawarkan investasi tapi harus juga menonjolkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki Indonesia.
“Kita jangan tangan kita terlalu di bawah sehingga kita dimanfaatkan, kita harus mengembangkan posisi-posisi yang menjadi keunggulan kita sehingga investor itu, kita tidak terkesan mengemis dengan memberikan kemudahan-kemudahan yang terlalu banyak,” jelas Piter.
Piter menyarankan pemerintah agar menyampaikan kepada para calon investor kesempatan untuk berinvestasi pada baterai kendaraan listrik di tanah air tidak datang dua kali, maka akan sangat rugi jika dilewatkan begitu saja.
“Inilah kesempatan yang mungkin kita harus sampaikan juga bahwa kesempatan ini tidak datang dua kali tiga kali kalau mereka yang mau datang dan mau memanfaatkan peluang ini, itu yang akan mendapatkan manfaat dalam jangka panjangnya,” ucapnya.
“Peluang-peluang itu yang harus kita tunjukkan kepada mereka sehingga benar-benar investasi di bidang energi listrik dengan kendaraan listrik atau di baterai ini benar-benar sesuatu yang prospeknya besar menjanjikan keuntungan yang besar kalau mereka melewatkan itu mereka rugi,” tukas Piter.
Sebelumnya, Bahlil Lahadalia menegaskan konsorsium LG Energy Solutions tetap jadi menggarap produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia. Menyusul, aspek negosiasi yang berjalan sebelumnya disebut telah rampung.
“Udah hampir habis (selesai negosiasinya) LG konsorsiumnya sudah beres nggak ada yang berubah LG itu," ujar Bahlil.
Diakui Bahlil, dirinya juga sudah tatap muka langsung dengan bos LG hingga MIND ID dalam waktu dalam waktu dekat ini. Sehingga Bahlil punya keyakinan jelas perusahaan asal Korea Selatan itu tidak jadi menarik investasinya di IBC.
"Baru 4 hari lalu saya rapat dengan LG di kantor ini. Urusan LG di Kantor Kementerian Investasi, bukan di tempat lain. Kalau mau tanya, tanya ke sini," tegas Bahlil. (*)