Lifestyle . 17/05/2023, 05:19 WIB
Raja menyerahkan pemuda itu kepada pasukan berikutnya. Ia memerintahkan, “Bawalah pemuda ini dengan perahu ke tengah laut lalu lemparkan ia, kecuali jika ia mau kembali dan meninggalkan agama barunya.”
Lalu mereka pun membawanya, dan pemuda itu berdoa, “Ya Allah, cukupkanlah aku dari makar mereka.” Tiba-tiba perahu yang membawanya pun terbelah dan mereka semua tenggelam, sedangkan pemuda tersebut selamat dan kembali menghadap kepada raja.
Dengan terkejut, raja bertanya, “Apa yang terjadi dengan tentaraku?” Ia menjawab, “Allah melindungiku dari mereka."
Kemudian pemuda itu berkata lagi, “Engkau tidak akan bisa membunuhku hingga engkau mau menuruti perintahku."
Raja lantas bertanya, “Apa perintahmu itu?.” Pemuda itu menjawab, “Kumpulkan manusia di tanah lapang, kemudian gantung aku di atas pohon kurma, dan pasanglah anak panah lalu ucapkan, “Dengan nama Rabb pemuda ini,” lalu lepaskanlah anak panah tersebut hingga mengenaiku. Jika engkau melakukannya, niscaya engkau akan dapat membunuhku.”
Kabar tentang pemuda ini telah tersebar di kalangan penduduk, bahwa ia tidak bisa mati, meski telah dibunuh oleh raja berulang kali.
Raja pun mengikuti perintah sang pemuda tadi, ia mengumpulkan rakyatnya di tanah lapang, kemudian menggantung si pemuda tadi di atas pohon kurma, lalu ia mengambil anak panah dan meletakkannya pada busurnya, kemudian ia mengucapkan, “Dengan nama Rabb pemuda ini.” Lalu melepaskan anak panah tersebut hingga mengenai pelipis sang pemuda. Pemuda itu lantas meletakkan tangannya pada lukanya, kemudian dia pun meninggal dunia.
Maka rakyat yang menyaksikan hal itu dengan serentak mengatakan, “kami beriman kepada Rabb si pemuda ini, kami beriman kepada Rabb si pemuda ini, kami beriman kepada Rabb si pemuda ini.”
Kemudian dikatakan kepada sang raja, “demi Tuhan, apa yang engkau takutkan benar-benar telah terjadi. Orang-orang kini telah beriman kepada Tuhannya si pemuda itu.”
Maka raja memerintahkan untuk dibuatkan parit-parit besar dengan ditanami paku-paku besar. Parit-parit itu dibuat kemudian dinyalakan api di dalamnya.
Raja berkata, “siapa yang tidak mau meninggalkan agamanya, bakar dirinya hidup-hidup di parit itu."
Demikianlah satu persatu orang-orang yang beriman itu dibakar, hingga tiba giliran seorang wanita dengan membawa anaknya yang masih bayi, wanita itu ragu-ragu untuk melompat ke dalam parit. Melihat hal itu sang bayi berkata kepadanya, “wahai ibu bersabarlah, karena engkau di atas kebenaran."
Kisah ini terdapat dalam Kitab Sahih Muslim juga Musnad Ahmad dengan derajat sahih. Klik di sini untuk versi videonya: Ashabul Ukhdud
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com