Nasional

PDIP Ngotot Pemilu Sistem Proporsional Tertutup, Hasto: Parpol Gemar Membajak Kader Pasti Tak Setuju

fin.co.id - 06/03/2023, 16:08 WIB

Para petinggi dari delapan partai politik saat foto bersama sebelum pertemuan yang membahas sistem proporsional tertutup dalam Pemilu 2024 di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Minggu (8/1/2023). ANTARA/Syaiful Hakim

PDIP Ngotot Pemilu Sistem Proporsional Tertutup, Hasto: Parpol Gemar Membajak Kader Pasti Tak Setuju

PDI Perjuangan masih tetap konsisten untuk mendukung penerapan sistem Pemilu dengan proporsional tertutup. Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan, alasan PDIP memilih proporsional tertutup, demi menjaga muruah partai politik dalam proses pemilu di Indonesia.

BACA JUGA: Sistem Proporsional Terbuka, Publik Lebih Dekat dengan Caleg

Hasto menjelaskan, dengan penggunaan sistem proporsional tertutup, maka ada tanggung jawab partai politik.

"Untuk wajib mendidik dan menyiapkan kader sebagai calon pemimpin bangsa," kata Hasto Kristiyanto, Senin 6 Maret 2023.

DIketahui, polemik sistem pemilu antara penggunaan proporsional terbuka dan proporsional tertutup masih menjadi materi sengketa di Mahkamah Konstitusi (MK).

Sekali lagi, Hasto menegaskan jika PDI Perjuangan mendorong sistem pemilihan proporsional tertutup karena terkait dengan kepentingan bangsa dan negara.

BACA JUGA: Pengamat Politik Sebut Sistem Proporsional Tertutup Cenderung Terjebak ke Masa Lalu

Setiap partai politik, kata Hasto, harus mempersiapkan dengan benar para calon anggota legislatif.

Karena memiliki tugas besar dalam hal fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi representasi.

"Proses kaderisasi di internal partai adalah tugas partai yang sangat penting bagi masa depan," tambahnya.

"Seluruh anggota dewan memiliki komitmen menyelesaikan masalah rakyat melalui keputusan politik dan juga membangun desain bagi masa depan bagi bangsa Indonesia," uajrnya.

BACA JUGA: Kader Milenial Parpol Pilih Sistem Proporsional Terbuka, Ini Alasannya

Oleh karena itu, kualitas caleg harus lebih diutamakan dari sekadar popularitas.

"Bagaimana (kualitas) anggota dewan kalau basisnya hanya popularitas? Kalau kemana-mana modalnya hanya membawa kamera, kemudian mengabadikan kegiatannya, tapi melupakan substansinya. Sehingga, politik hanya ditampilkan untuk meningkatkan popularitas semata dengan berbagai cara," katanya.

Admin
Penulis
-->