Ekonomi . 09/12/2022, 15:15 WIB

Bright Spot in the Dark adalah Indonesia dan ASEAN

Penulis : Admin
Editor : Admin

Pertumbuhan impresif tersebut juga turut didorong dengan kinerja ekonomi spasial yang kian menguat di berbagai wilayah mulai dari Pulau Jawa (56,39%), Sumatera (22%), Kalimantan (9,42%), Sulawesi (7,11%), Bali Nusra (2,74%), dan Maluku Papua (2,43%).

Pertumbuhan ekonomi spasial di wilayah Sumatera dan Jawa terutama sekali digerakkan oleh sektor pertanian, kehutanan, perikanan, serta perdagangan dan infokom.

Untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara didominasi oleh sektor penyediaan akomodasi dan mamin serta transportasi dan pergudangan. Sementara itu, di wilayah lainnya digerakkan oleh sektor pertambangan, penggalian, serta transportasi dan pergudangan.

BACA JUGA: Menko Airlangga Bicara soal Upaya Pemerintah Dorong Lebih Banyak Lapangan Kerja

Kondisi inflasi nasional yang sempat dipicu oleh kenaikan harga BBM di bulan September lalu dan melaju hingga sebesar 5,71% pada bulan Oktober, relatif telah terkendali dan turun menjadi 5,42% di bulan November meskipun masih di atas sasaran sebesar 3,0±1%. T

ingkat inflasi Indonesia juga terhitung lebih baik dari banyak negara lainnya seperti Argentina (88%), Turki (85,5%), United Kingdom (11,1%), dan Uni Eropa (10,7%).

“Artinya dengan tantangan yang sama, Indonesia bisa mengelola lebih baik angka-angka tersebut, walaupun di Indonesia kenaikan harga energi “dibeli” oleh Pemerintah. Yang di past through ke publik itu terbatas,” ujar Menko Airlangga.

Perkembangan positif inflasi ini tidak terlepas dari pengaruh sinergi kebijakan yang makin erat antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Bank Indonesia, serta berbagai mitra strategis lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam menurunkan laju inflasi, termasuk mengendalikan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM.

Pemerintah juga telah melakukan upaya stabilisasi harga melalui Kebijakan 4K yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.

Meski dibayangi dengan potensi penurunan harga komoditas dan pelemahan permintaan global, capaian mengesankan juga masih terus ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang pada bulan Oktober 2022 tercatat mengalami surplus USD5.67 miliar, atau melanjutkan surplus selama 30 bulan berturut turut sejak Mei 2020.

Surplus neraca perdagangan tersebut merupakan imbas dari kinerja ekspor tahun 2022 yang menguat dengan didominasi oleh peningkatan harga komoditas ekspor, khususnya pada komoditas ekspor utama Indonesia seperti batu bara, CPO, dan besi baja.

Pada bulan November 2022, sektor manufaktur juga masih menunjukkan kinerja positif dengan capaian PMI Indonesia yang tetap terjaga di level optimis pada posisi 50,3.

“Kinerja sektor manufaktur yang terus terekspansif perlu diapresiasi. Pemerintah juga akan terus bekerja keras menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga performa positif ini dapat terus ditingkatkan,” kata Menko Airlangga.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2022 juga didukung oleh peningkatan kinerja leading indicator di sektor ketenagakerjaan yang terus membaik dalam kemampuan menyerap tenaga kerja, meskipun didominasi oleh sektor pertanian.

Dibandingkan Agustus 2021 yang masih tercatat 6,49%, tingkat pengangguran terus mengalami penurunan menjadi 5,86% pada Agustus 2022 yang diikuti dengan penurunan jumlah penduduk usia bekerja yang terdampak Covid-19 menjadi sebanyak 17,17 juta orang.(dft/fsr)

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com