Teknologi . 29/11/2022, 12:53 WIB

Teknologi Modifikasi Cuaca dalam Gelaran KTT G20

Penulis : Admin
Editor : Admin

JAKARTA, FIN.CO.ID - Sukses gelaran KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022 lalu ternyata juga didukung oleh para pakar Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang bekerja siang malam guna memastikan seluruh kegiatan KTT G 20.

Acara jamuan kenegaraan yang megah di kawasan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), dapat berlangsung sukses tanpa adanya guyuran hujan, di tengah musim penghujan bulan November ini.

Empat pesawat udara TNI-AU disiagakan di bandara Lombok dan bandara Banyuwangi untuk siap terbang setiap saat guna berburu awan dan menaburkan butiran halus NaCl dan butiran halus CaCO3.

Tujuannya membuat awan-awan tadi menjadi lembab dan bisa diturunkan sebagai hujan di luar kompleks KTT G20 Nusa Dua dan kompleks GWK.

Operasi yang melibatkan BMKG, BRIN dan TNI-AU itu dipimpin pakar TMC Dr. Tri Handoko Seto dan terbukti berhasil sukses.

Semua kegiatan luar ruang KTT G20, baik acara santap siang di Kubah Bambu Nusa Dua, acara santap malam Kenegaraan di GWK maupun kegiatan di Taman Hutan Raya-Mangrove, Ngurah Rai, Denpasar berlangsung tanpa terganggu guyuran hujan.

Apresiasi datang dari banyak pihak, terutama dari Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut B. Panjaitan sebagai Ketua Bidang Dukungan Penyelenggaraan KTT G20, yang baru mengetahui kemampuan TMC untuk menghadapi kondisi iklim dan cuaca ini.

Luhut bahkan berpendapat perlunya ada lembaga khusus yang menangani TMC ini di Indonesia, mengingat teknologi modifikasi cuaca sangat bermanfaat untuk bidang pertanian, pengisian air waduk, mencegah turunnya hujan, antara lain di wilayah-wilayah pertambangan, atau untuk membasahi lahan gambut agar tidak terbakar.

TMC telah dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak tahun 1978, dimulai dengan uji statis di menara kincir angin puncak gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat, guna menebarkan butiran halus NaCl dan butiran halus CaCO3 pada awan dipuncak gunung Tangkuban Perahu dan bisa menurunkan hujan.

Beberapa tokoh TMC Indonesia, antara lain Almarhum R.Soebagjo, Sriworo Harijono, Asep Karsidi, Samsul Bahri, Tri Handoko Seto, Heru Widodo dan masih banyak lagi.

Uji coba dilanjutkan dengan operasi hujan buatan menggunakan pesawat terbang untuk mengisi air waduk Jatiluhur pada tahun 1979 lalu.

Penerapan TMC terus berkembang dan waduk-waduk di Indonesia, seperti Waduk Kotopanjang, Maninjau, Sempor, Wadaslintang, Gajah Mungkur, Waduk Sutami, Waduk Inalum, Danau Toba dan masih banyak lagi, selalu menggelar operasi TMC guna tetap menjaga tinggi muka air di waduk-waduk tadi.

Operasi TMC di Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur, kesemuanya di Jawa Barat, juga selalu menerapkan teknologi TMC. Apalagi ketiga waduk tadi sangat penting untuk melayani air bersih di ibukota Jakarta.

Pembangkit listrik dipertambangan nikel Soroako, Sulawesi Selatan, sangat tergantung pada ketersediaan air di Danau Towuti, Matano dan Balambano. Ini hanya dapat dipenuhi dengan operasi TMC yang rutin setiap tahunnya.

Sukses Indonesia menurunkan luas kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dari 2,6 juta hektare di tahun 2015 menjadi hanya 360 ribu hektar ditahun 2021, antara lain, didukung oleh operasi TMC ini juga.

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com