Health

Ada Alasan Mengapa Gen Z Lebih Rentan Depresi dari Generasi Sebelumnya, Ini Penjelasan Ahli

fin.co.id - 11/10/2022, 09:51 WIB

Gen Z Lebih Rentan Depresi, Ilustrasi oleh Enrique Meseguer dari Pixabay

JAKARTA, FIN.CO.ID - Oleh sebagian orang mereka yang lahir antara tahun 1996-2022, atau disebut sebagai Generasi Z atau Gen Z, dikenal sebagai generasi yang lemah secara mental.

Hal ini salah satunya dikaitkan dengan angka bunuh diri, melibatkan mereka yang masuk dalam kategori Gen Z.

Menurut Presiden Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia (INASP) Dr. Sandersan Onie, kaum muda dewasa ini memang lebih rentan berurusan dengan yang namanya depresi.

BACA JUGA: Catat, Kata Jokowi Gen Z dan Gen Milenial Harus Punya Tiga Keahlian Ini

BACA JUGA: Ini Alasan Mengapa Kaum Wanita Lebih Rentan Depresi Dibandingkan Pria

Gen Z lebih rentan akan depresi menurut Dr. Sandesan Onie, ada hubungannya dengan tantangan hidup yang harus dihadapi mereka, dibandingkan mereka dari generasi sebelumnya.

Persaingan di dunia nyata termasuk juga persaingan di jagat maya, di mana mereka harus berhadapan dengan persona yang tampak sempurna dalam postingan di medsos, menambah pelik masalah ini.

"Anak saat bertumbuh tidak cuma dibandingkan dengan kakak, adik atau teman, tapi di media sosial dibandingkan dengan anak dari seluruh dunia," jelas Dr. Sandersan Onie, via ANTARA.

Di luar itu, Dr. Sandersan Onie memberikan apresiasinya terhadap Gen Z, yang ia anggap berani dalam mengakui kerapuhan diri mereka.

Jadi ketimbang memendam sendiri, mereka yang Gen Z ini punya kecenderungan utnuk berbagi, which is bagus untuk diri mereka dalam upaya mencari pertolongan medis.

Dr. Sandersan Onie juga menambahkan bahwa melabeli Gen Z sebagai generasi yang lemah bukanlah perbuatan yang bijak dilakukan orang dewasa yang mendahului mereka.

Sosok dewasa diharapkan mampu memberikan contoh terbaik, dalam menjaga kesehatan mental, khususnya untuk mereka yang lahir setelahnya.

Pentingnya Hidup Bahagia

Menurut pakar, bahagia itu menyehatkan lantaran efek yang diberikannya terhadap tubuh manusia.  

“Beberapa studi menunjukan bahwa kebahagiaan dan kenikmatan hidup, dapat menurunkan risiko masalah kesehatan,” kata pakar bernama Susan Damico, MA, seperti dikutip Prevention.  

Admin
Penulis
-->