Penurunan harga disebabkan tercukupinya pasokan seiring masih berlangsungnya musim panen raya di berbagai daerah sentra produksi. Sementara beras masih mengalami kenaikan pada September dan memberikan andil inflasi 0,04%.
“Beras telah mengalami peningkatan dalam tiga bulan terakhir, sehingga dihimbau bagi seluruh daerah untuk meningkatkan pelaksanaan operasi pasar maupun program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) berkoordinasi dengan Bulog setempat,” ungkap Menko Airlangga.
Memperhatikan kondisi ekonomi global yang penuh tantangan bahkan diperkirakan mengalami resesi, kinerja impresif pada aktivitas sektor riil ini menjadi bukti ketahanan ekonomi domestik.
Sebagaimana kita ketahui, proyeksi pertumbuhan ekonomi global terus dikoreksi, baik oleh IMF maupun Bank Dunia. Terakhir bahkan Bank Dunia merevisi pertumbuhan ekonomi Asia Timur termasuk Tiongkok menjadi 3,2%, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 5%.
Kondisi ini berimplikasi pada potensi melemahnya permintaan luar negeri, terutama dari mitra dagang utama kita. Namun, dengan terus menggeliatnya permintaan domestik meskipun permintaan dari luar negeri melemah, kita dapat mengisi gap supply di dalam negeri. Dengan demikian, stabilitas harga dapat terjaga dengan tersedianya pasokan di tengah tingginya permintaan.
“Pemerintah akan terus memonitor dan mencermati rambatan dari tekanan eksternal, terutama kenaikan harga komoditas global yang ditransmisikan dalam bentuk kenaikan harga dan inflasi domestik. Selain itu Pemerintah dan otoritas terkait akan terus memperkuat sinergi komunikasi kebijakan untuk mendukung pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat sehingga tetap terkendali” pungkas Menko Airlangga. (ekon)
***