JAKARTA, FIN.CO.ID- Seksi Petugas dan Keamanan Jemaah Daerah Kerja (Daker) PPIH Makkah memperkuat personel guna menghadapi lonjakan jemaah di Masjidil Haram.
“Personel kita perkuat di Masjidil Haram demi memberikan rasa aman. Sebelumnya, sektor khusus Masjidil Haram personel 10. Saat ini ditambah 19 jadi 29 personel. Ini yang khusus personel dari TNI/Polri,” ujar Kepala Seksi Petugas dan Keamaaan Jemaah, Kolonel Muftil Umam, Rabu 29 Juni 2022.
PPIH selama ini menggandeng personel khusus dari TNI/Polri untuk memberikan bantuan pengamanan jemaah selama pelaksanaan haji.
(BACA JUGA: Kloter Terakhir Jamaah Haji Asal Kabupaten Tangerang Diberangkatkan, Kemenag Soroti Hal Ini)
Meski berstatus prajurit TNI/Polri, saat menjalankan tugas di Arab Saudi, mereka tidak berseragam prajurit, melainkan berpakaian putih dan rompi hitam layaknya petugas haji lainnya.
Muftil Umam yang merupakan prajurit Kopassus ini mengatakan, selain perkuatan personel, shift jaga di Masjidil Haram juga ditambah.
Jika sebelumnya hanya dua shift dengan durasi jaga masing-masing 12 jam, saat ini ditambah menjadi tiga shift dengan durasi jaga 8 jam.
(BACA JUGA: Kantor Kemenag Tangsel Berangkatkan 650 Calon Jamaah Haji Tahun Ini)
Selain prajurit TNI/Polri, sektor khusus di Masjidil Haram juga diperkuat petugas lainnya. Total petugas di sektor khusus kini mencapai 80 orang.
Mereka tersebar di delapan titik masjid baik di dalam maupun di luar masjid. Di antaranya di lokasi tawaf, lokasi sai, pintu Babussalam, sekitar Tower Zamzam, serta tiga terminal bus yang ada di seputaran Masjidil Haram.
Selain memberi rasa aman bagi jemaah, personel yang dikenal dengan sebutan Linjam (pelindungan jemaah) ini juga membantu jemaah yang tersesat, membantu memenuhi kebutuhan jemaah termasuk juga membantu jemaah agar tidak menggunakan jasa kereta dorong ilegal hingga membantu jemaah yang kehilangan sandal.
(BACA JUGA: Ingat Ya Calon Jamaah Haji, Dilarang Merokok di Arab Saudi, Apalagi di Masjid Nabawi)
“Termasuk kereta dorong kita juga arahkan dan sosialisasikan untuk kereta dorong yang resmi. Kami juga punya banyak sandal untuk membantu jemaah yang kehilangan sandal,” ujarnya.
Hasil evaluasi sementara, masalah jemaah yang paling banyak terjadi di Masjidil Haram adalah lupa atau tidak tahu jalan pulang ke hotel. Tahun ini, jemaah yang seperti itu mudah diarahkan karena rata-rata masih berusia muda di bawah 65 tahun dengan tingkat pengetahuan yang mencukupi.
“Hampir tidak ada risti (pelindungan), seperti tahun 2019 yang luar biasa. Tiap hari 2019, hampir ada 200 jemaah tersesat, sekarang paling banyak 20. Ini sama teman-teman langsung diatasi. Kalau ada jemaah yang tersesat. Linjam wajib membantu sampai titik bus pengantaran,” ujarnya.