Catatan Dahlan Iskan . 05/06/2022, 08:00 WIB
Ternyata ia tiba lebih dulu. Mobil saya memang tidak terlalu laju. Agar bisa sambil makan nasi kuning HHH bikinan istri: hintalu hiwak haruan.
Ternyata banyak sekali orang Kotabangun yang mengenal Aseng. Ia terkenal.
Mereka tidak memanggil Tjin Seng dengan Aseng. Nama lokal Aseng di situ adalah
''Ji'', singkatan dari ''Haji''. Mereka tahu Tjin Seng itu Islam. Sudah haji. Rajin salat.
Suka membantu masjid.
Kami parkir di seberang masjid besar yang modern itu. Yakni satu lokasi parkir di pinggir sungai Mahakam. Sebuah speed boat sudah menunggu di dermaga dekat lapangan parkir.
Banyak sekali mobil yang diparkir di situ. Hampir 100 persen Pajero Sport. Banyak pula mobil yang bermalam. Atau beberapa malam. Mobil itu ditinggal begitu saja.
Pemiliknya ganti kendaraan dengan speed boat.
Parkir itu gratis. Biar pun satu minggu. Ada kotak amal di halaman masjid.
Silakan memasukkan uang berapa pun ke kotak itu. Tidak ada yang melihat nilainya.
Saya pun naik speed boat itu. Bermesin tunggal, Yamaha 200 PK. Wajib pakai pelampung. Logistik lengkap. Ada bensin cadangan untuk mesin speed boat.
Ada juga logistik cadangan untuk perut dan kerongkongan.
Kami akan berada di speed boat empat jam lamanya. Dari dermaga di tepian Mahakam itu kami meluncur mencari muara Sungai Belayan. Melewati bawah. jembatan Liang yang melengkung gagah. Juga sudah dicat merah.
Speed boat kami terus ke arah hilir. Di Kaltim tidak ada istilah utara-selatan-timur-barat. Yang ada: ke arah hilir-hulu-darat dan laut.
Pun istri saya: tidak tahu apa itu utara-selatan-timur dan barat. Kalau dia bilang ''mau ke darat'' itu artinya ke arah menjauhi sungai. ''Mau ke laut'' artinya ke arah mendekati sungai. ''Ke hulu'' artinya ke arah dari mana air sungai mengalir.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com