Ternyata Ini Alasan PPP Ikut Koalisi Indonesia Bersatu dengan Golkar dan PAN

fin.co.id - 24/05/2022, 18:10 WIB

Ternyata Ini Alasan PPP Ikut Koalisi Indonesia Bersatu dengan Golkar dan PAN

Koalisi Indonesia Bersatu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa, dan Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

JAKARTA, FIN.CO.ID - Sekretaris Jenderal DPP PPP Arwani Thomafi menyebutkan tiga alasan PPP memulai kerja sama politik dengan sebutan Koalisi Indonesia Bersatu dengan Golkar dan PAN.

"Pilpres ada syarat ketentuan 20 persen, oleh karena itu cepat atau lambat seperti PAN dan PPP mau nggak mau harus membangun koalisi," kata Arwani, Selasa 24 Mei 2022.

(BACA JUGA: Penahan Air Laut Jebol, Kawasan Tanjung Emas Semarang Banjir Rob 1,5 Meter)

Alasan ambang batas 20 persen tersebut, kata dia, menjadi hal pertama yang mengharuskan PPP membangun koalisi untuk Pemilu Presiden 2024.

Kemudian yang kedua, menurut dia, PPP membangun kerja sama politik menuju koalisi.

Karena melihat bahwa Pemilu 2024 menjadi momentum penting dan strategis untuk mempertegas komitmen partai-partai menjadikan ajang kontestasi pada  2024 sebagai menguatkan persatuan nasional.

"Kita menutup celah terbukanya perpecahan di antara anak bangsa, kita ingin pada 2024 menjadi perwajahan pemilu di era digital sekarang ini menjadi pemilu yang luar biasa nyaman, pemilu yang benar-benar menggambarkan sebagai pesta rakyat," ucapnya.

(BACA JUGA: Kocak, Curanmor Digagalkan Kakek 69 Tahun, Tidak Dapet Motor Pelaku Justru Kehilangan HP)

Selanjutnya adalah keinginan partai politik yang dipimpinnya untuk lebih punya strategi pemenangan yang siap secara lebih awal.

"Oleh karena itu, setidaknya bagi kami tiga hal itu yang mendorong untuk membentuk satu kerja sama politik yang mengarah pada koalisi pengusungan capres dan cawapres pada  tahun ini," ujarnya.

Sekjen DPP PAN Eddy Soeparno mengatakan partainya ikut dalam koalisi tersebut karena buah pemikiran untuk menyuguhkan pesta demokrasi yang aman damai, tidak terpecah belah, dan terhindar dari politik identitas seperti yang terjadi pada 2019.

"Pada Pemilu 2019 menjadi pertarungan ideologis, jadi politiknya adalah politik identitas. Sekarang yang kita inginkan politik gagasan, jangan lagi ada politik identitas," ujarnya.

Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq

Admin
Penulis
-->