JAKARTA, FIN.CO.ID - Nama kondisinya Cotard Syndrome. Kondisi ini menyebabkan penderitanya merasa seperti orang yang sudah mati.
Memiliki nama lain sindrom mayat hidup, Cotard Syndrome diambil dari nama seorang ahli saraf, yang pertama kali melaporkan kasus ini 140 tahun lalu.
Mereka yang menderita Sindrom The Walking Dead, nama lainnya lagi, meyakini bahwa dirinya tidak lagi hidup, atau merasa kehilangan sebagian dari tubuhnya.
Menurut Medical News Today, penderita Cotard Syndrome umumnya tidak makan dan tidak minum.
Merasa tidak membutuhkan asupan makanan dan minuman, adalah alasan mengapa mereka melakukannya.
Yang mengerikan dari kondisi ini, adalah mereka memiliki kebiasaan mendatangi area pemakaman. Alasannya, agar merasa lebih dekat dengan kematian.
Para ahli sendiri belum bisa menemukan alasan di balik keberadaan sindrom ini pada manusia. Sindrom mayat hidup ini sendiri, masuk dalam kategori penyakit kejiwaan yang langka.
Sindrom The Walking Dead ini juga dikaitkan dengan penderita schizophrenia. Kondisi ini umumnya ditandai dengan halusinasi, seolah melihat dan mendengar hal-hal yang tidak nyata.
Keberadaan sindrom ini pernah diririlis ahli pada jurnal Psychiatry di tahun 2008. Subjeknya adala seorang wanita 53 tahun asal Filipina.
Wanita ini kerap mengeluhkan bau badannya sendiri yang tercium seperti bau daging busuk. Dan kerap meminta keluarganya, untuk mengantarnya pergi ke rumah mayat.
Pada kasus lain, seorang pria berinisial G, meyakini bahwa otaknya tidak lagi bekerja. Dan sempat beberapa kali berupaya mengakhiri hidupnya. Kasusnya diungkap ahli pada jurlal Cortex.
Menurut ahli, mereka tidak pernah melihat manusia dengan fungsi otak seperti yang ditunjukan pria ini. Meski melek, namun fungsi otaknya ketika dipindai, terlihat seperti orang yang sedang tidur, atau dalam pengaruh anastesi.
Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq