Investasi . 21/02/2022, 06:51 WIB

Konflik Rusia - Ukraina Jadi Sentimen Negatif Pergerakan IHSG Sepekan Kedepan

Penulis : Admin
Editor : Admin

JAKARTA, FIN.CO.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bakal melemah sepekan kedepan. Hal itu dipicu ketegangan militer antara Rusia dan Ukraina, yang pada akhirnya menyeret keterlibatan Amerika Serikat dan NATO.

Direktur Equator Swarna Investama, Hans Kwee, mengatakan IHSG kemungkinan akan bergerak melemah pekan ini.

"Pekan ini pelaku pasar masih akan mencermati kondisi konfik Rusia-Ukraina. Hasil pertemuan Menteri Luar Negeri AS dan Rusia akan menentukan arah pasar saham," kata Hans, dikutip Senin 21 Februari 2022.

(BACA JUGA: Mulai 1 Maret, BPJS Kesehatan Jadi Syarat Jual Beli Rumah dan Tanah)

Hans mengatakan, sangat mungkin militer Rusia akan melakukan invasi ke Ukraina dan mencaplok wilayah yang diduduki separatis pro Rusia. 

Kemungkinan Rusia juga akan mengalihkan penjualan sebagian minyak dan gasnya dari Eropa ke China yang merupakan sekutu politiknya.

"Jadi ketegangan Rusia-Ukraina bisa berimbas pada krisis energi di Eropa," kata Hans.

(BACA JUGA: Harga Emas 24 Karat 18 Februari 2022 di Pegadaian: Cetakan UBS dan Antam Naik, Cek Harganya Disini)

Diberitakan sebelumnya, pemimpin separatis pro-Rusia di timur Ukraina mengumumkan mobilisasi militer skala penuh, Sabtu 19 Februari 2022..

Dalam sebuah video, Kepala Republik Rakyat Donetsk Denis Pushilin mengatakan dia menandatangani dekrit mobilisasi pasukan dan meminta warga "yang mampu angkat senjata" untuk datang ke komisariat militer.

Donetsk merupakan salah satu wilayah di timur Ukraina yang dikuasai separatis pro-Rusia. Wilayah itu menjadi salah satu titik panas konflik berdarah pasukan Ukraina dan kelompok separatis selama ini.

(BACA JUGA: Catat, 3 Fokus Pembangunan Infrastruktur PUPR Tahun 2022)

Faktor kedua pelemahan IHSG , tutur dia, terkait spekulasi pelaku pasar apakah Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan 25 atau 50 basis poin pada Maret 2022.

Selain itu, pelaku pasar juga menantikan kepastian apakah The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak lima atau tujuh kali sepanjang tahun ini.

"Semua itu akan berimbas tekanan pada rupiah. Kemungkinan besar BI akan menaikkan kembali suku bunga acuan demi menjaga stabilitas kurs rupiah. Konsekuensinya, percepatan pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari dampak Covid-19 bisa terhambat," jelas Hans.

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com