Solar Subsidi Langka, Inas Zubir: Jangan-Jangan Karena Harga FAME Mahal

fin.co.id - 19/10/2021, 12:24 WIB

Solar Subsidi Langka, Inas Zubir: Jangan-Jangan Karena Harga FAME Mahal

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

 

 

JAKARTA - Praktisi migas, Inas N Zubir menyoroti terjadinya kelangkaan solar bersubsidi di sejumlah daerah di pulau Sumatera yang terjadi beberapa hari terakhir. Alih-alih kelangkaan disebabkan oleh kuota BBM subsidi yang habis, politikus Partai Hanura itu menduga kelangkaan solar subsidi yang notabene adalah bio solar B30, disebabkan oleh mahalnya harga Fatty acid methyl ester (FAME) seiring tingginya harga Crude Palm Oil (CPO).

"Yang perlu dicermati tentang kelangkaan solar bersubsidi atau solar B30 di Riau adalah, apakah kuota solar B30 yang sudah menipis, atau bahkan sudah habis di beberapa daerah, juga diikuti dengan menipisnya persedian B30 di Pertamina akibat tingginya harga FAME?," ujar Inas kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Selasa (19/10/2021).

Jika kondisi demikian yang terjadi, Inas pun meminta agar pemerintah dan Pertamina menyiapkan alternatif lain sebagai pengganti bio solar B30.

"Kalau memang demikian harus ada kebijakan untuk mengganti solar non B30 menjadi solar bersubsidi, agar masyarakat tidak selalu mengalami kelangkaan solar subsidi," tegasnya.

BACA JUGA: Solar Subsidi Langka, Energy Watch: Bukan Salah Pertamina!

Pemerintah, lanjut Inas, diharapkan tidak memaksakan penggunaan B30 jika memang secara keekonomian BBM tersebut tidak efisien. Terlebih jika digunakan sebagai BBM subsidi, sementara harga FAME sangat sensitif dengan pergerakan harga CPO.

"Bisa jadi kebijakan B30 ini malahan jadi bumerang bagi Pemerintah! Ketidak ekonomisan-nya FAME tentunya akan berimbas kepada ketersediaan solar B30 yang dijadikan solar bersubsidi," pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, seiring turunnya level PPKM dan mulai pulihnya kegiatan perekonomian masyarakat, kebutuhan BBM mulai merangkak naik. Menyikapi kondisi ini, Pertamina memastikan kebutuhan BBM masyarakat terpenuhi, baik gasoline maupun gasoil.

Pertamina mencatat peningkatan konsumsi di gasoil didominasi oleh Solar Subsidi dimana konsumsi pada Semester I 2021 tercatat sebesar 37.813 kiloliter/bulan dan terus meningkat hingga mencapai 44.439 kiloliter pada bulan September atau naik sekitar 17 persen. Sedangkan di sektor gasoline, peningkatan mencolok terjadi di produk Pertamax, dimana pada periode Semester I 2021 rerata bulanan sebesar 12.586 kiloliter dan terus merangkak naik hingga mencapai kenaikan 49% di bulan September sebesar 18.840 Kiloliter.

Pjs Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman menegaskan bahwa saat ini stok BBM Pertamina dalam kondisi cukup sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dan tetap dihimbau membeli BBM sesuai kebutuhan.

"Stok untuk produk yang meningkat signifikan yaitu Solar mencapai 17 hari dan Pertamax mencapai 18 hari. Pengiriman dari Terminal BBM juga terus dilakukan setiap hari ke seluruh SPBU dan Kilang juga terus berproduksi sehingga masyarakat tidak perlu khawatir," jelas Fajriyah dalam keterangannya hari ini.

BACA JUGA: Konsumsi Solar Naik 17 Persen di September 2021

Khusus untuk Solar, Pertamina telah melakukan penambahan volume penyaluran ke beberapa wilayah yang mengalami peningkatan konsumsi secara signifikan seperti Sumatera Barat sebesar 10 persen, Riau 15 persen, dan Sumatera Utara 3.5 persen.

Admin
Penulis