Ini 3 Modal Merdeka dari COVID-19

fin.co.id - 17/08/2021, 21:01 WIB

Ini 3 Modal Merdeka dari COVID-19

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Virus COVID-19 diprediksi akan terus ada. Corona juga bakal menjadi bagian dari hidup masyarakat. Ada tiga modal agar Indonesia merdeka dari COVID-19.

/p>

"Tujuan dari perang melawan COVID-19 adalah merdeka. Dalam arti merdeka bukan lepas seutuhnya dari COVID-19. Namun, mencapai kehidupan normal baru demi menuju masyarakat produktif," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito di Jakarta, Selasa (17/8)

/p>

Ia menjelaskan modal pertama yang harus dipenuhi adalah kepatuhan menerapkan protokol kesehatan. Menurutnya, tak ada cara yang lebih efektif dan paling mudah dibandingkan patuh memakai masker dan menjaga jarak.

/p>

Pencegahan penularan COVID-19 harus dilakukan secara disiplin dan terus-menerus. Tujuannya untuk mencapai kehidupan produktif yang aman COVID-19.

/p>

Berdasarkan data per 15 Agustus, masih ada sebanyak 25,59 persen desa/kelurahan dengan kepatuhan memakai masker yang rendah serta ada 26,21 persen desa/kelurahan di Indonesia dengan kepatuhan menjaga jarak yang rendah.

/p>

Data kepatuhan ini, lanjut Wiku, belum sepenuhnya menggambarkan kondisi di lapangan. Karena dari 34 provinsi hanya empat provinsi yang lebih dari 50 persen desa/kelurahan yang melaporkan kepatuhan protokol kesehatan.

/p>

"Bahkan sebanyak 11 provinsi atau kurang dari 10 persen desa/kelurahannya yang sudah melapor. Hal ini penting untuk segera diperbaiki. Agar modal kita semakin kuat dalam menuju Merdeka COVID-19," paparnya.

/p>

Modal kedua penguatan kebijakan dan koordinasi. Ia menjelaskan, memasuki 2021 kebijakan penanganan COVID-19 berfokus pada karakteristik, kondisi, dan kesiapan daerah masing-masing.

/p>

Sebab, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota. Dengan begitu pendekatan yang dilakukan untuk penanganan COVID-19 berbeda-beda setiap daerah.

/p>

Penguatan koordinasi melalui posko tingkat desa atau kelurahan menjadi inovasi yang diyakini terbaik dalam menekan laju penularan sejak dari hilir. Pembentukan posko ini akan diperluas di fasilitas publik.

/p>

Kendati demikian, masih ada kendala yang membuat peranan posko belum berjalan optimal. Dari sekitar 80.000 desa/kelurahan di Indonesia, baru sekitar 23.000 yang membentuk posko. Dari angka itu tidak semuanya rutin melaporkan kinerjanya. Rata-rata baru sekitar 46 desa/kelurahan di tiap provinsi yang telah melaporkan.

/p>

"Tentunya hal ini juga perlu untuk terus ditingkatkan. Mengingat koordinasi pusat dan daerah merupakan salah satu elemen kunci dalam keberhasilan penanganan COVID-19. Posko juga menjadi tombak pengawasan dan pelaporan kepatuhan protokol kesehatan serta penanganan dini pada tingkatan terkecil," urai Wiku.

/p>

Modal ketiga kesiapan fasilitas kesehatan. Saat ini kapasitas fasilitas kesehatan sudah jauh bertambah dan lebih baik dibandingkan pada awal pandemi. Hampir 117.000 dari 276.000 atau 42 persen tempat tidur di rumah sakit seluruh Indonesia telah dimanfaatkan untuk penanganan COVID-19.

/p>

Begitu pula dengan jumlah laboratorium pemeriksaan mengalami pertambahan. Saat ini, terdapat 796 laboratorium di seluruh Indonesia yang memungkinkan pemeriksaan dalam jumlah banyak.

/p>

Penguatan yang juga dilakukan yakni tempat isolasi terpusat sebagai antisipasi kenaikan kasus dan penuhnya rumah sakit rujukan. Saat ini sudah terdapat lebih dari 20.000 tempat tidur dari isolasi terpusat. Seperti di Jabodetabek, Bandung Raya, Solo Raya, Yogyakarta, dan Bali.

Admin
Penulis