News . 26/05/2021, 13:04 WIB
JAKARTA - Pandemi covid-19 membuat industri transportasi berguguran. Bagaimana tidak, sektor transportasi sangat tergantung dengan pergerakan manusia. Sedangkan pandemi covid-19 sendiri menyebabkan pergerakan manusia terpaksa dibatasi. Mulai dari sektor sektor transportasi darat, hingga udara, semua terkena imbas dari pandemi yang belum berakhir ini.
Siapa yang tak kenal Maskapai Garuda Indonesia. Maskapai penerbangan "Pelat Merah" itu jauh sebelum pandemi covid-19 memang sudah diterpa sejumlah masalah. Mulai dari utang korporasi, kerugian kinerja, hingga berbagai skandal lainnya yang menyeret dua mantan Dirut emiten maskapai berkode saham GIAA tersebut.
Menyusul dibelakangnya, yaitu maskapai Sriwijaya Air. Maskapai swasta yang sempat kembang kempis ketika pecah kongsi dengan Garuda Indonesia itu juga akhirnya terpaksa melakukan PHK terhadap pekerjanya. Lebih miris lagi, Sriwijaya Air sebelumnya sempat mengalami insiden kecelakaan, yang pastinya hal itu memberikan kerugian yang luar biasa bagi maskapai yang dimiliki oleh Chandra Lie tersebut.
Pengamat Aviasi dan Bisnis Penerbangan, Gatot Raharjo mengatakan, permasalahan yang diderita maskapai penerbangan di Indonesia saat ini sudah sangat luar biasa. Tidak ada jalan lain, hanya pemerintah lah yang disebutnya mampu untuk kembali menggerakkan perekonomian sektor penerbangan yang saat ini tengah berdarah-darah.
"Memang industri penerbangan secara global dalam kondisi sulit, penumpang berkurang karena takut pergi dan tertular covid, juga ada larangan dari pemerintah masing-masing negara. Sakitnya itu bukan cuma 1-2 maskapai, tapi semua maskapai. Itu sebenarnya kondisi extraordinary pada bisnis penerbangan," ujar Gatot kepada Fajar Indonesia Network (FIN), saat dihubungi Rabu (26/5).
"Jadi harus ada penanganan yang extraordinary juga dan menyeluruh, selain bahwa di internal maskapai juga harus melakukan inovasi, mengembangkan kreatifitas dan lain-lain. Termasuk di antaranya adalah restrukturisasi SDM, armada dan lain-lain, itu wajar sebagai dampak dari sakit yang melanda secara berjamaah," sambung Gatot.
Gatot merasa miris karena Garuda Indonesia saat ini satu-satunya maskapai nasional yang tersisa saat ini, setelah Merpati Nusantara berhenti terbang sejak beberapa tahun lalu. Ia berharap pemerintah tak hanya sebagai regulator, namun juga sebagai pemilik dari maskapai pelat merah harus turun tangan, untuk menyelamatkan Garuda Indonesia.
"Selain penanganan internal, perlu juga bantuan dari external terutama dari pemerintah, karena saat ini hanya pemerintah yg masih bisa membantu. Hampir di tiap negara juga memberikan bantuan pada maskapainya karena tahu bahwa transportasi udara sangat penting untuk menunjang pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Bantuan tersebut, kata Gatot, bisa dalam bentuk dana tunai, bisa juga dalam bentuk lain seperti misalnya kebijakan yang mendukung. Pemerintah indonesia sudah pernah membuat kebijakan di awal 2020, yaitu membolehkan pengangkutan kargo di kabin pesawat. Namun sepertinya hal itu belum banyak membantu.
"Jadi harus dicari terobosan-terobosan baru. Misalnya saja kebijakan soal tarif, keringanan pembelian avtur, negoisasi dengan lessor pesawat. Atau mungkin kebijakan pengangkutan vaksin ke seluruh pelosok negeri diberikan secara merata pada semua maskapai dan lain-lain," sebutnya.
"Pemerintah harus secepatnya ketemu dengan stakeholder dan membuat action. Stakeholder bisa operator, masyarakat, expert dan lain-lain. Tindakan ini harus cepat dan tepat. Soalnya sakitnya sudah parah. Kalau lambat sedikit, akan ada maskapai yang bangkrut, banyak pengangguran, pertumbuhan ekonomi terganggu dan lain-lain," pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan bahwa manajemen Garuda Indonesia saat ini tengah dalam tahap awal penawaran program pensiun yang dipercepat bagi karyawan yang memenuhi kriteria dan persyaratan keikutsertaan program tersebut.
Penawaran program ini dilakukan sejalan dengan upaya pemulihan kinerja usaha yang tengah dijalankan Perusahaan guna menjadikan Garuda Indonesia - Perusahaan yang lebih sehat serta adaptif menjawab tantangan kinerja usaha di era kenormalan baru.
"Ini merupakan langkah berat yang harus ditempuh Perusahaan. Namun opsi ini harus kami ambil untuk bertahan ditengah ketidakpastian situasi pemulihan kinerja industri penerbangan yang belum menunjukan titik terangnya di masa pandemi Covid-19 ini," ujar Irfan.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com