JAKARTA - Pemerintah menyatakan, indikator pemulihan ekonomi 2021 terus membaik. Pemerintah optimis, tahun 2021 akan menjadi tahun penuh peluang, tahun pemulihan ekonomi nasional dan global, seiring penanganan masalah kesehatan dan berjalannya pemulihan ekonomi nasional (PEN).
“Saya mengajak kita semua untuk bersama-sama mewujudkan pemulihan ekonomi melalui sinergi dan koordinasi yang baik. Kita perlu mendapat dukungan dari semua stakeholder termasuk media,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (7/4).
Menko Airlangga mengatakan, penanganan kasus Covid-19 di Indonesia relatif lebih baik dibandingkan dengan global.
Dilihat dari data per 6 April 2021 menunjukkan, tren persentase kasus aktif Indonesia sudah mencapai single digit sebesar 7,4 persen dan lebih rendah dari pada global sebesar 17,3 persen. Catatan positif lainnya adalah pada persentase kasus kesembuhan Indonesia sebesar 89,9 persen yang lebih tinggi dari pada global sebesar 80,5 persen. Hal ini tidak terlepas dari efektivitas pelaksanaan PPKM Mikro di saat gelombang 3 (third wave) Covid-19 melanda beberapa negara.
Program vaksinasi juga terus dijalankan untuk mencapai kekebalan komunal. Hingga 6 April 2021, progres vaksinasi nasional dosis 1 dan 2 telah melebihi 13,4 juta suntikan, dengan kapasitas vaksinasi dapat mencapai 500 ribu suntikan per hari.
“Angka tersebut menjadikan Indonesia berada di urutan ke 8 di dunia. Bahkan, dalam hal penyuntikan yang dilakukan oleh negara bukan produsen vaksin, Indonesia berada dalam urutan 4 besar dunia,” terangnya.
Melihat perkembangan yang ada, Menko Airlangga meyakini bahwa perekonomian Indonesia akan rebound di tahun 2021 pada kisaran 4,5 persen - 5,3 persen. Untuk dapat mewujudkan ekspektasi ini, diperlukan langkah kebijakan yang tepat dalam memulihkan ekonomi nasional. Kebijakan pemerintah akan difokuskan untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor.
Sementara itu dari sisi Produksi, beberapa sektor utama seperti manufaktur, perdagangan, penyedia akomodasi dan makanan minuman, serta transportasi mengalami perbaikan. Sejumlah sektor bahkan mampu tumbuh signifikan, antara lain informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, pertanian, dan jasa pendidikan.
Kemudian dari sisi sektor riil, aktivitas manufaktur disebut telah memasuki fase ekspansi. Selain itu, indeks keyakinan konsumen, penjualan ritel, dan penjualan kendaraan bermotor telah membaik dibandingkan pada awal pandemi tahun lalu.
“Di saat yang sama, peningkatan harga komoditas telah membuat neraca perdagangan mengalami surplus dalam 10 bulan berturut-turut. Dari sisi sektor eksternal, nilai tukar rupiah dan indeks harga saham telah kembali ke level pra-Covid-19,” ungkapnya.
Pemerintah melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun 2021 dengan anggaran mencapai Rp699,4 triliun atau naik 21 persen dari realisasi PEN 2020. Data terkini menunjukan realisasi Program PEN sampai dengan 1 April 2021 mencapai Rp123,26 triliun atau 17,6 persen dari pagu.
Agenda besar lainnya adalah reformasi struktural melalui UU 11/2020 tentang Cipta Kerja. UU Cipta Kerja akan menjadi jembatan antara program mitigasi Covid-19 dan reformasi struktural jangka panjang. Pemerintah juga membentuk Lembaga Pengelola Investasi (LPI), serta mengeluarkan kebijakan penurunan tarif PPh Badan untuk mempercepat pemulihan ekonomi.
“Untuk menstimulasi permintaan masyarakat kelas menengah, pemerintah juga telah memberikan insentif bagi sektor yang memiliki multiplier effect besar bagi perekonomian yaitu otomotif dan properti,” tuturnya.