JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang rebound pekan ini, menyusul berbagai sentimen positif yang menyertainya, mulai dari membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS), China hingga Indonesia sendiri.
Hal itu disampaikan oleh Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, dalam hasil.risetnya, Senin (5/4).
"IHSG awal pekan depan masih berpeluang menguat dengan support di level 5,892 sampai 5,700 dan resistance di level 6,066 sampai 6,170," ungkap Hans Kwee.
Menurutnya, optimisme pemulihan ekonomi AS semakin kuat setelah Presiden Joe Biden meluncurkan rencana infrastruktur senilai USD2 triliun. Meskipun demikian, pelaku pasar masih akan melihat seberapa besar langkah ini akan meningkatkan tarif pajak kepada perusahaan AS.
"Pelaku pasar masih akan memantau, karena rencana ini jelas ditentang oleh Politikus Partai Republik," ujar Hans.
Sebagaimana diketahui, paket infrastruktur Biden ditujukan untuk memodernisasi jaringan transportasi yang hancur, menciptakan jutaan pekerjaan, dan memberikan investasi sekali dalam satu generasi yang memungkinkan AS menjadi yang terbaik melebihi China di panggung ekonomi global. Sebagian biaya tersebut akan ditutup dengan menaikkan pajak perusahaan dari 21 persen menjadi 28 persen.
Biden menempatkan pembangunan infrastruktur sebagai inti dari agenda ekonomi Presiden. Untuk pembangunan infrastruktur setidaknya diperlukan suntikan USD620 miliar untuk transportasi, termasuk peningkatan jalan sepanjang 32 ribu kilometer perbaikan ribuan jembatan, dan penggandaan dana untuk transportasi umum.
Optimisme pasar juga didukung oleh penilaian Bank Dunia, bahwa banyak perekonomian negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik yang mulai bangkit di paruh kedua tahun 2021, setelah awalnya mengalami kemunduran. Akan tetapi, dari antara negara-negara ekonomi besar di kawasan ini, hanya China dan Vietnam yang mempunyai pola pemulihan berbentuk V ( V-shape ) dengan pertumbuhan yang melampaui level pra-Covid-19 tahun 2020.
"Ini menunjukkan meski pandemi Covid-19 masih melanda dunia, tetapi pemulihan ekonomi global tetap akan terjadi," jelasnya.
Sementara itu dalam negeri, Indeks Manufaktur Indonesia yang dirilis IHS Markit mencatatkan rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Maret 2021 berada pada posisi 53,2, naik dari posisi 50,9 pada bulan Februari lalu. Posisi tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak survei dilaksanakan pada April 2011 silam.
Menko Airlangga menyatakan, posisi indeks PMI manufaktur di angka 53,2 menunjukkan perbaikan signifikan pada kondisi bisnis tanah air. "Penjelasan dari Airlangga ini jelas menjadi sentimen positif," ucap Hans.
Semakin gencarnya, program vaksinasi di Indonesia ikut menjadi pemicu. Meski sempat ada kekacauan data, proses vaksinasi di Indonesia terus berlangsung dan mendorong kepercayaan pelaku pasar akan pemulihan ekonomi Indonesia.
"Jadi selain dari faktor eksternal, faktor internal Indonesia juga kondusif untuk mendorong investor kembali pasar saham Indonesia sebagai salah satu emerging market ," pungkasnya. (git/fin)