JAKARTA - Pemerhati sosial politik, Ferdinand Hutahaean mengaku sedih ketika Yesus Kristus disebut tokoh radikal oleh Politikus Partai Demokrat, Benny K Harman.
Ferdinand menilai, kalimat radikal yang disematkan ke Yesus tidak mencerminkan perjalanan hidup Yesus.
"Bang BKH, saya sedih baca cuitan ini. Kalimat ini sama sekali tidak mencerminkan perjalan hidup Yesus," ungkap Ferdinand dikutip akun Twitter-nya, Sabtu (3/4).
Menurut Ferdinand, dalam hidupnya, Yesus tidak melawan penguasa seperti apa yang dikatakan Benny K Harman. Tetapi Yesus melawan tokoh agama.
"Dalam hidupnya, Yesus tidak sedang melawan penguasa tapi melawan tokoh agama dan meluruskan masyarakat Yahudi yang dinilai sudah sesat. Makanya atas itulah dia dihukum bukan karena melawan penguasa," ucap Ferdinand Hutahaean.
Ferdinand melanjutkan bahwa, Yesus diburu oleh ahli taurat Yahudi karena dianggap melawan taurat dan bertentangan dengan hukum-hukum Yahudi.
"Yesus tak punya sejarah melawan penguasa saat itu baik penguasa Yahudi maupun Romawi. Jadi sebutan radikal karena melawan penguasa itu salah, tidak ada faktanya," kata mantan kader Partai Demokrat ini.
Lebih lanjut, Ferdinand menjelaskan, banyak hukum taurat yang diperbaharui oleh Yesus, karena itulah muncul Kitab Perjanjian Baru.
"Dan terkait penguasa, Yesus berkata bahwa tidak ada penguasa/pemerintah yang tidak bersumber dari Tuhan, dan bayarlah apa yang haru kamu berikan kepada penguasa. Itu yang tertulis," ucap Ferdinand.
Ferdinand mengatakan bahwa Yesus sendiri tidak pernah melakukan perlawanan kepada penguasa.
"Yesus tak sedikitpun menghujat melawan penguasa saat diadili tapi berkata mengampuni mereka," ucap Ferdinand.
Sebelumnya, Benny K Harman menyebut Yesus adalah tokoh radikal. Yesus dikatakan radikal, sebab dia hadir untuk melawan penguasa yang belenggu kebebasan.
"Yesus itu tokoh sangat radikal di zamannya. Dia melawan tradisi kesewenang-wenangan penguasa yang membelenggu kebebasan umat-Nya," kata Benny dikutip akun Twitter-nya, Sabtu (3/4).
Yesus disebut radikal, lalu di siksa di tinah salib karena konsistensinya
"Atas konsistensi sikapnya, Ia rela disiksa, didera, dicemeti, dan dipaku di kayu salib hingga wafat. Hari ini kita peringati wafat-Nya itu," ucap Benny. (dal/fin).