Tumpukan Utang Indonesia Bakal Jadi Beban Generasi Milenial

fin.co.id - 24/03/2021, 20:17 WIB

Tumpukan Utang Indonesia Bakal Jadi Beban Generasi Milenial

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

 

JAKARTA - Tumpukan utang Indonesia, baik utang pemerintah maupun swasta, sangat berpotensi membebani generasi milenial di masa depan. Diketahui, utang luar negeri (ULN) Indonesia per Desember 2020 sebesar Rp6.074,56 triliun. Nilai itu bertambah 27,1 persen sebesar Rp1.269 triliun dibandingkan ULN di akhir 2019.

Hal itu disampaika oleh Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Intitute of Development for Economics and Finance (INDEF) Dzulfian Syafrian, dalam diskusi virtual hari ini, Rabu (24/3).

"Dalam konteks presentasi, saya berfokus pada bagaimana kebijakan ekonomi saat ini, khususnya kebijakan fiskal kita akan berpotensi besar merugikan kaum muda atau generasi milenial yang merupakan mayoritas penduduk RI. Lebih dari 100 juta jumlahnya, berdasarkan sensus penduduk 2020 yang dilakukan BPS," ujar Dzulfian.

Di sisi lain, sebagai penanggung jawab utang Indonesia di masa depan, generasi milenial saat ini justru aspirasinya kurang didengar oleh pemangku kebijakan, yang notabene adalah generasi kolonial.

"Inilah yang hendak saya tekankan pada presentasi kali ini bahwa menumpuknya utang Indonesia, baik utang publik dan swasta berpotensi merugikan generasi milenial, muda, dan produktif karena merekalah yang menanggung utang dan dosa yang dibuat generasi sebelumnya," kata dia.

Dzulfian menjelaskan, utang swasta memiliki perilaku yang kontras dengan utang publik atau negara. Menurutnya, utang swasta ini yang sering dilupakan dalam diskursus kebijakan publik atau ekonomi di Indonesia.

"Contoh seringkali otoritas kita misalnya Kemenkeu, itu sering menjual rasio utang kita terhadap PDB itu masih aman. Iya memang masih aman, tapi karena dia tidak melihat utang swasta yang justru lebih mengkhawatirkan. Inilah wacana yang dibangun pemerintah, tapi jika kita membedah lebih dalam, sebenarnya yang membahayakan itu bukan utang publik tapi justru utang swasta, termasuk juga utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), ini yang sering luput dari kacamata kita," tegasnya.

Sebagaimana diketahui, tren utang BUMN di Indonesia cenderung meningkat selama 5 hingga 6 tahun terakhir. Peningkatan utang terjadi di BUMN lembaga keuangan maupun non-keuangan.

Berdasarkan data Statistik Utang Sektor Publik Indonesia (SUSPI) Bank Indonesia, utang BUMN Indonesia per kuartal III/2020 mencapai Rp2.140 triliun. Dilihat dari jatuh temponya, sejak 2018 utang BUMN lembaga non-keuangan meningkat lebih pesat dari lembaga keuangan, mencapai Rp996,49 triliun per kuartal III/2020. BUMN keuangan lebih didominasi oleh utang jangka pendek. Namun, untuk BUMN non-keuangan didominasi utang jangka panjang. (git/fin)

 

Admin
Penulis