JAKARTA - Indonesia dan Inggris membangun kerja sama riset dan inovasi untuk lintas disiplin ilmu pengetahuan. Konsorsium itu diberi nama UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS) atau Konsorsium RI-Inggris untuk Lintas Disiplin Ilmu Pengetahuan.
BACA JUGA: Sutiyoso Heran, Banjir di Semuah Daerah, Tapi yang Digebukin Anies Baswedan
Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN), Bambang Brodjonegoro mengatakan, bahwa UKICIS merupakan terobosan dalam kerja sama riset antara Indonesia dan Inggris."Riset dan inovasi ini didorong oleh para diaspora Indonesia khususnya yang berada di Inggris. Kerja sama ini diharapkan mendorong MoU Riset dan upaya memajukan program Prioritas Riset Nasional (PRN) Indonesia," kata Bambang di Jakarta, Jumat (26/2/2021).
BACA JUGA: Ditjen PAS Belum Agendakan Vaksinasi Covid-19 untuk Tahanan dan Narapidana
Selain itu, kata Bamabang, Kemenristek juga berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London, untuk merancang beberapa riset."Mulai dari kendaraan listrik, energi terbarukan, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) hingga science diplomacy," ujarnya.
Duta Besar RI di London, Desra mengaku percaya jika pendirian UKICIS adalah wujud dukungan para diaspora Indonesia di Inggris. Utamanya, untuk berkontribusi bagi Indonesia di bidang riset.
BACA JUGA: Jokowi Buka Pintu Investasi Miras, MUI: Mulutnya Teriak Pancasila, Praktiknya Liberalisme
"Kerja sama ini meliputi sumbangsih pengetahuan untuk penguatan engagement melalui pendidikan, ekonomi dan sosial, budaya, saling tukar kemajuan dan ilmu pengetahuan antar kedua negara, dan meningkatkan dampak riset bagi masyarakat," kata Desra.BACA JUGA: Waspada, LIPI Ingatkan Potensi Rekombinasi SARS-CoV-2 Membentuk Varian Baru Covid-19
Koordinator UKICIS, Bagus Muljadi menambahkan, bahwa konsorsium ini adalah bukti kekuatan diaspora. Seluruh pihak nantinya akan membantu memperkuat inovasi dan teknologi Indonesia melalui peningkatan kemitraan riset global."UKICIS adalah organisasi inklusif. Ke depannya, konsorsium ini akan berupaya merekrut lebih banyak universitas di Inggris dan Indonesia, untuk menciptakan lingkungan dimana mahasiswa dapat dengan bebas bertukar ide dan berkolaborasi dalam penelitian," kata Bagus.
BACA JUGA: KPK Cecar Ihsan Yunus soal Bagi-bagi Jatah Pengerjaan Paket Bansos Covid-19
Sementara itu, Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), University of Warwick, Coventry University, dan University of Nottingham akan terlibat dalam UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS).BACA JUGA: Jokowi Jalan di Tengah Sawah Saat Hujan, Andi Arief: Siapa yang Tanggungjawab Kalau Gundala Tersambar Petir?
"UKICIS didirikan pada Agustus tahun lalu. Saat itu saya menyampaikan bahwa UGM bangga bisa menjadi salah satu pendiri bersama rekan kami di IPB, ITB, Coventry University, Nottingham University, dan Warwick University," kata Rektor UGM, Panut Mulyono dalam pernyataannya.Panut menuturkan, UKICIS telah bekerja untuk merespons perkembangan terkini seputar covid-19 dan isu strategis lainnya yang dihadapi Indonesia, Inggris, dan dunia.
BACA JUGA: Berlaga ke El Salvador, Peselancar Indonesia Berburu Tiket ke Olimpiade Tokyo
"Forum yang diselenggarakan oleh UKICIS dan Kedutaan Besar Indonesia di Inggris ini digelar untuk membahas perkembangan terkini terkait kemunculan varian baru virus covid-19 serta terkait vaksin covid-19," ujarnya.BACA JUGA: Kemenkes Perpanjang Periode Vaksinasi Covid-19 terhadap Pedagang Pasar Tanah Abang
Panut menambahkan, bahwa forum tersebut mengumpulkan pakar dari Inggris maupun Indonesia untuk membagikan praktik baik serta tantangan di kedua negara dalam tiga tema utama."Tema tersebut meliputi kesadaran publik akan mutasi dan varian virus covid-19, penguatan kebijakan track and trace untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari varian baru, serta efikasi vaksin terhadap varian virus baru," pungkasnnya. (der/fin)