JAKARTA - Gagal tanam bawang putih dan bawang merah di area Food Estate di kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) tengah menjadi sorotan publik. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena dalam program ini menggunakan dana uang rakyat yang tidak sedikit.
Merespons hal itu, Pakar Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santoso menilai, keberhasilan program Food Estate itu sangat bergantung dengan ketersediaan bibit unggul, infrastruktur, serta teknologi pertanian yang harus dijalankan secara bersamaan.
"Pertanian itu sangat tergantung iklim. Kecuali memang daerahnya sudah betul-betul artificial seperti di pulau Jawa. Di beberapa lahan padi di pulau Jawa ini kan artificial dan lingkungannya sudah artificial. Tanamannya padi semua dan irigasinya dijamin semua. Kalau sudah seperti itu ya tidak masalah mau tanam tiga kali (dalam setahun)," ujar Andreas kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (25/2).
BACA JUGA: Ahli Sarankan Penderita Diabetes Jaga Kadar Gula Darah Sebelum Divaksin Covid-19
Sejauh ini, lanjut dia, laporan yang diperoleh soal program Food Estate untuk produk tanaman hortikultura disebutnya relatif berhasil. Hanya saja, untuk tanaman padi masih belum sesuai harapan lantaran terkendala lahan yang masih banjir dan serangan hama."Coba di testimoni saja petani-petani yang terlibat dalam program Food Estate itu atau yang melihat sendiri kan bagus. Paling tidak itu penting juga bagi pemerintah untuk mengoreksi kembali program Food Estate ini. Karena Food Estate ini kan menggunakan dana rakyat juga," kata Andreas.
BACA JUGA: KPK Sebut Vaksinasi terhadap Tahanan untuk Memutus Rantai Penularan Covid-19
Karena terjadi polemik di tengah masyarakat, saran Andreas, pemerintah harus terbuka mengenai hasil dari program Food Estate ini. Menurutnya, apapun yang terjadi di lapangan, baik berhasil maupun tidak perlu dilakukan evaluasi untuk perbaikan."Ke depan bisa direncanakan program yang lebih bagus. Kalaupun Food Estate ini tidak berhasil, harus dicari tahu ketidakberhasilannya di mana. Kalau menginginkan berhasil caranya bagaimana, harus jelas," ucapnya.
Salah satu petani hortikultura dari Kelompok Tani Ganda Mersada di wilayah Hubang Hasudutan, Jhon Les Lumban Gaul, sebelumnya memastikan bahwa meski hasil panen tanaman bawang putih pada program Food Estate yang digelutinya belum 100 persen memuaskan, namun ia membantah jika dikatakan program tersebut gagal.
BACA JUGA: Bangkitkan Konsumsi, Bank Mandiri Beri Diskon Istimewa 88 Persen di Shopee
"Boleh saja orang bilang ini gagal total, tapi saya yang menanam di sini tidak mau dibilang gagal. Memang ada beberapa lahan yang tidak tumbuh maksimal. Tapi pertanaman yang saya miliki ini pertumbuhannya bagus. Lahan saya sendiri memang belum panen makanya kalau dibilang gagal saya tidak mau," ujarnya.Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan memastikan dirinya akan turun langsung ke lapangan untuk memastikan kebenaran kabar tersebut. Pengecekan yang dilakukan itu juga didasari dari fakta minimnya pedagang bawang di pasar yang menjual bawang putih lokal.
"Saat ini belum (ke lapangan), akan kita cek," ujarnya singkat kepada FIN, kemarin.
BACA JUGA: Kabareskrim Ungkap Kapolri Beri Amanat Selesaikan Kasus Penembakan Laskar FPI
Ungkap dia, Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri sudah menyampaikan kepada Komisi IV dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) beberapa waktu lalu, bahwa program Food Estate di sejumlah daerah berhasil. Bahkan beberapa wilayah sudah masuk masa panen pada (4/2) lalu."Kalau versinya Kementan sukses semua," katanya.
Sebelumnya, anggota Kelompok Tani Sehati Desa Siriaria, Jansen Lumban Gaol (Op Citra) mengatakan, hampir seluruh tanaman bawang, khususnya bawang merah di areal Food Estate itu kondisinya memprihatinkan karena mengalami kerusakan yang hampir sama yakni mengalami kering daun dan pertumbuhannya lambat serta mengecil.
Dengan kondisi demikian, dikhawatirkan tidak akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan dan bakal merugi, baik dari segi materi maupun tenaga. (git/din/fin)