JAKARTA- Putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Alissa Wahid membantah makam Ayahnya di kompleks Pesantren Tebuireng, dibiayai oleh negara seperti dituduhkan oleh Politikus Partai Demokrat, Rachlan Nashidik. Menurut Alissa, makam Ayahnya dibiayai oleh keluarga.
"Bang Rachlan Nashidik, makam Gus Dur sampai saat ini dibiayai oleh keluarga Ciganjur, termasuk prasasti. PP Tebuireng pun hormati ini," kata Alissa dikutip Twitternya, Sabtu (20/2).
Alissa menyebut, uang dari negara bukan untuk makamnya, tetapi untuk akses jalan menuju lokasi makam. Sebab, lokasi itu kini menjadi wisata religi.
"Dana Negara tidak untuk makam tetapi untuk jalan raya, lahan berjualan warga. Maklum, ada 1,5-2 juta peziarah setiap tahun. Negara urus ini," kata Alissa.
Begitu pun tidak ada Museum Gus Dur yang dibiayai negara. Yang ada hanya museum untuk Islam Nusantara.
"Adakah dana untuk Museum? Tidak ada dana museum Gus Dur. Yang ada bantuan untuk museum Islam Nusantara, setahu saya disepakati Gus Solah dengan Pemerintah sebelum Gus Dur wafat," katanya.
Alissa mengatakan, pemakaman pahlawan Nasional di Tebuireng hanya menerima sedikit bantuan dari pemerintah. Itu pun hanya untuk memelihara makam Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim. Namun makam Gus Dur tidak.
Alissa berharap Agar Rachlan lebih berhati-hati dalam menyebar informasi. "Jadi next time lebih hati-hati ya, Rachlan Nashidik. Jangan asal," katanya.
Sebelumnya, Museum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ani Yudhoyono di Pacitan jadi perbincangan. Sebab, kabarnya Museum itu biayai oleh APBD Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Menurut Rachlan, pembiayaan itu tidak harus dipermasalahkan, sebab itu bukan Museum keluarga.
"Pertama, bukan museum keluarga. Kedua, inisiatif pendanaan datang dari Pemprov -- itu juga cuma sebagian. Terbesar berasal dari sumbangan dan partisipasi warga. Ketiga, sebagai pembanding, Anda tahu makam Presiden Gus Dur dibangun negara?," ujar Rachlan.
Dia bilang, Museum itu bisa jadi rujukan sekaligus sebagai objek wisata untuk pendapatan daerah.
"Tak ada yang salah dengan Museum Kepresidenan. Kita punya museum Bung Karno dan Amerika Serikat punya museum dari Presiden-Presidennya. Museum adalah jejak bagi ingatan sejarah, bisa juga rujukan bagi standar pencapaian pada suatu bangsa. Dan obyek wisata bagi pendapatan daerah," pungkasnya. (dal/fin).