Harga Kedelai Masih Mahal

fin.co.id - 09/02/2021, 10:00 WIB

Harga Kedelai Masih Mahal

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Rupanya upaya Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menstabilkan harga kedelai tidak membuahkan hasil. Harga kedelai masih saja mahal.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, hingga saat ini belum ada upaya komprehensif yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tingginya harga kedelai di pasaran.

Langkah Kementan dengan menggelar Operasi Pasar (OP) untuk menstabilkan harga kedelai dinilai tidak berjalan efektif. Justru saat OP berlangsung, harga kedelai malah naik.

BACA JUGA:  Tok! Kasus Suap Fatwa MA Djoko Tjandra, Hakim Vonis Jaksa Pinangki 10 Tahun Penjara

"Kita masih ngap-ngapan, tiba-tiba awal Februari ini tanggal 1 naik lagi. Kedelai ini naik Rp500, sehingga menjadi Rp9.200. Dan itu baru harga DO (Delivery Order), belum harga di pengrajin," ujar Aip kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin.

"Tiba-tiba tanggal 6 Februari naik lagi Rp250, harga kedelai jadi Rp9.500 per kilogram (kg), tinggi sekali, karena itu baru harga DO. Maka harga di konsumen bisa sampai Rp10.000 lebih per kg," tambah dia.

BACA JUGA:  Ferdinand ‘Kepanasan’ Anies Raih Pahlawan Transportasi Dunia, Netizen: Iri Bilang Bos….

Lanjut dia, apapun yang dilakukan Kementan untuk menstabilkan harga kedelai tidak dipersoalkan. Namun yang terpenting adalah harga kedelai di pasaran bisa kembali turun. Dia juga menyoroti kuota impor kedelai yang diumumkan Kementan sebesar 2,6 juta ton tahun ini.

BACA JUGA:  Ketua KPK: Pendidikan Masyarakat Penting Guna Maksimalkan Pemberantasan Korupsi

"2,6 juta ton (impor) itu sama dengan tahun lalu, enggak ada peningkatan, tidak bisa bikin kita berkembang," tuturnya.

Secara terpisah, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Syailendra mengatakan, kenaikan harga kedelai pada bulan Februari sebenarnya memang sudah diprediksi.

BACA JUGA:  Anies Masuk Kategori Pahlawan Transportasi Dunia, Ferdinand Enggak Terima: Itu Karya Jokowi dan Ahok

"Harga kedelai pada waktu bulan Desember (2020) untuk pengadaan Januari (2021), harganya di USD13,12 per bushel. Padahal sebelumnya dari awal-awalnya di USD12,6 per bushels," ujar Syailendra kepada FIN, kemarin.

BACA JUGA:  Erick Thohir Klaim Ekonomi Indonesia Jauh Lebih Baik Dibanding Amerika

Untuk pengadaan bulan Februari, kata dia, kedelai internasional juga mengalami kenaikan lagi. "Untuk pengadaan Februari, biasanya kan mereka (importir) impornya di bulan Januari itu memang naik lagi 4,42 persen jadi USD13,7 per bushel. Di Februari ini kita sudah perkirakan akan naik sampai Rp9.200 - Rp9.500 per kg di tingkat importir. Berarti kalau di tingkat pengrajin itu bisa sampai Rp9.500 - 9.800 per kg," ungkapnya.

BACA JUGA:  Ferdinand ‘Kepanasan’ Anies Raih Pahlawan Transportasi Dunia, Netizen: Iri Bilang Bos….

Dia berharap, para importir bisa mengantisipasi terus melonjaknya harga kedelai dunia, salah satunya dengan tidak membeli kedelai secara spot, melainkan memesan dalam jangka waktu tertentu.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan tertulisnya menyebut bahwa upaya tersebut dilakukan untuk mendekatkan distribusi kedelai agar dapat menopang pengrajin tahu tempe yang dalam satu bulan terakhir mengalami permasalahan kenaikan harga.

BACA JUGA:  Dinilai Pelintir Berita Terkait Abu Janda, PSI Lapor Media Tirto ke Dewan Pers

Melalui Operasi pasar tersebut, diharapkan harga kedelai bisa stabil di angka Rp8.500 per kg, ketika sampai ke tangan para pengrajin tempe dan tahu. Syahrul berharap, melalui stabilisasi pasokan dan harga kedelai dengan mekanisme pasokan kedelai langsung dari importir ke pengerajin tempe tahu melalui Gakoptindo, hal ini dapat sama-sama menguntungkan baik importir kedelai maupun gakoptindo.

BACA JUGA:  Pendiri Pasar Dinar-Dirham Dicokok, Aktivis ProDem: Valas Pakai Dolar Kenapa Gak Ditangkap? Bingung Gue

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Agung Hendriadi saat dikonfirmasi mengenai efektivitas OP yang dilakukan Kementan terhadap penurunan harga kedelai, hingga berita ini diturunkan belum juga merespon. Agung mengaku masih melakukan rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). "Masih di DPR," ujarnya singkat kepada FIN, kemarin.

BACA JUGA:  Tokoh NU: Kalau Banjir di Jakarta Anies Diolok-olok, Giliran Banjir Semarang Buzzer Pada Diem

Sebagaimana diketahui, harga kedelai impor terus melonjak sejak awal Januari 2021 lalu. Hal ini bahkan membuat para pengrajin tempe dan tahu sempat melakukan mogok produksi selama tiga hari pada awal Januari lalu.

Kementan sendiri sebenarnya telah menyiapkan beberapa langkah untuk mengatasi permasalahan kedelai ini di antaranya, intensifikasi lahan kedelai, di mana targetnya 325 ribu hektare lahan akan ditanami kedelai.

Selain itu, pemberian insentif bagi petani kedelai, dan yang mengajukan impor kedelai sebanyak 2,6 juta ton tahun ini, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kedelai domestik yang diperkirakan kebutuhannya sebanyak 3 juta ton per tahun. (git/din/fin)

Admin
Penulis