News . 06/02/2021, 05:45 WIB
Harian New York Times melakukan reportase menarik dari Dapil 14 Georgia. Di situ Greene terpilih dengan suara mutlak: 75 persen.
Wilayah itu di luar kota besar Atlanta. Berbatasan dengan negara bagian Tennessee. Dominasinya kulit putih. Kelas pekerja. Donald Trump menang mutlak di daerah ini.
Mereka membayangkan Trump akan menang lagi. Dan Greene bisa mendukung Trump di Washington DC.
Tema-tema kampanye Greene ketika itu memang khas tema kulit putih: pro kepemilikan senjata, anti aborsi dan takut ancaman komunis. Terutama tentang perlunya Republik (baca: kulit putih) mengendalikan negara.
Untuk meyakinkan pemilih bumbu-bumbu teori konspirasi dijejalkan saat kampanye. Greene gigih sekali. Bisa lima kali pidato sehari. Saat kampanye.
Sebagian pendukungnyi itu kini menyesalkannyi. Sebagian saja. Itu karena Greene sebenarnya orang luar daerah. Dia awalnya tinggal di pinggiran kota Atlanta. Membuka usaha gym. Bersama suami.
Di situ pula sebenarnya Greene akan maju sebagai caleg. Tapi tiba-tiba anggota DPR lama dari dapil 14 menyatakan tidak nyaleg lagi. Greene pun melihatnya sebagai peluang besar. Dia pindah dapil. Pindah pula rumah ke dapil itu.
"Mestinya Greene jangan lagi banyak omong. Kan sudah tidak ada Trump," ujar salah seorang pendukungnyi di dapil itu kepada NYT. "Semakin banyak bicara semakin banyak fakta," tambahnya.
Semua orang kelihatannya memang perlu proses pematangan. Pun Greene. Pun di Amerika. Dari pidato 10 menit sebelum pemungutan suara itu sudah terlihat Greene mulai belajar hidup. Apalagi setelah pencoretan ini. (*)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com