News . 04/02/2021, 13:35 WIB

Kepemimpinan AHY di Demokrat Jadi Sorotan dan Dibandingkan

Penulis : Admin
Editor : Admin

JAKARTA - Kondisi Partai Demokrat tengah menjadi perhatian publik. Dugaan kudeta yang sempat disampaikan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masih memantik sejumlah komentar. Perbandingan masa kepemimpinan AHY dan pemimpin sebelumnya menjadi sorotan.

Politisi PDI Perjuangan yang sempat menjadi kader Partai Demokrat ini juga ikut angkat suara. Ia mengaku sempat diajak. Yakni untuk bersaksi terkait persoalan di bawah kepemimpinan putra Soesilo Bambang Yudhoyono tersebut.

Menurutnya, banyak kader Partai Demokrat yang mendatangi dirinya. Mereka yang datang, menceritakan kondisi partai yang berbeda saat ini. Tidak hanya di jajaran pusat, para kader di daerah juga mengeluhkan kondisi yang sama.

BACA JUGA:  Sebut Obat Corona ada di Alquran, Eko Kuntadhi ke UAH: Mas Jangan Tularkan Pikiran Dangkal mu

"Banyak datang ke saya juga, jadi yang bikin ramai-ramai baik itu yang ada di daerah, begitu juga di pusat, mereka merasa PD sekarang beda dengan zaman Abang waktu itu," kata Ruhut, kepada, Rabu (3/2).

Menurutnya, keluhan yang disampaikan adalah ketika AHY menjabat sebagai ketua umum. Mereka bercerita, ketika ada DPP datang ke daerah, kader di daerah dibebani dengan membiayainya.

"Perlu aku sampaikan kalau dulu aku keliling semua kabupaten/kota dan provinsi, jadi aku hampir 500 itu datang ke kabupaten/kota, nah itu biaya kami, nggak pernah membebani daerah, nah begitu juga pilkada-pilkadanya, jadi mereka banyak ngeluh ya, harus bayar ke DPP di era AHY sekarang ini," paparnya.

BACA JUGA:  Dewi Tanjung ke Susi Pujiastuti: Saya Memang Caleg Gagal Tapi Ga Buat Nelayan Menangis

Menurutnya, atas dasar tersebut gerakan kudeta di tubuh internal Partai Demokrat pun terjadi. Ia menyebut ada upaya pengumpulan kekuatan untuk mengkudeta AHY. Ruhut melanjutkan, jika ada sebagian yang ingin tetap malakukan Kongres Luar Biasa.

"Tapi memang aku mohonlah ini AHY dan para pendukungnya blunder, kenapa? Kalau ada masalah jangan dibawa ke luar," ujarnya.

Lebih lanjut, Ruhut meminta AHY bersikap dewasa menyikapi kudeta atas dirinya. Ia juga berpendapat, jika persoalan tersebut seharusnya tidak sampai ke tangan Jokowi. Alasannya, hal tersebut merupakan internal partai yang harus diselesaikan oleh pihak internal.

BACA JUGA:  Soal Polemik Pasar Dinar-Dirham, Tengkuzul Sentil BI: Kartu Tol Juga Bukan Alat Tukar Sah, Beri Jalan Keluar

"Jangan kekanak-kanakan, jangan apa-apa ngadu ke Pak Joko Widodo. Saya ini orang dekat Presiden loh, saya pendukung, dan saya tidak ada dapat apa-apa dari Pak Joko Widodo, tapi saya pendukung beliau," kata Ruhut.

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Herman Khaeron menegaskan jika partainya tidak pernah mengeluarkan nama. Ia juga menegaskan, jika tidak ada konflik internal. Yang terjadi hanya dinamika saja," terangnya.

"Saya termasuk kader lama yang biasa ketemu dengan riak-riak yang tentu ini sebagai partai politik pasti ada dinamika-dinamika yang itu bisa kami selesaikan dengan baik," ujar Herman. Ia juga meminta semua pihak tidak agar menciptakan konflik baru dengan Partai Demokrat.

BACA JUGA:  Soal Polemik Pasar Dinar-Dirham, Tengkuzul Sentil BI: Kartu Tol Juga Bukan Alat Tukar Sah, Beri Jalan Keluar

Menurutnya, apa yang terjadi saat ini adalah karena adanya campur tangan pihak luar. Pihak luar juga diminta tidak membenrukan antara kader dengan para pendiri dan senior partai.

"Ini dinamika saja tetapi yang menjadi krusial dan menjadi urgensi pada saat ini adalah ada campur tangan pihak eksternal yang tentu ini ada sejarahnya kalau melihat sejarahnya ke belakang ada campur tangan itu," lanjut Herman.

Apa yang dilakukan oleh Partai Demokrat saat ini adalah sebagai mekanisme pertahanan internal untuk mempertahankan keutuhan partainya.

BACA JUGA:  Pascapemeriksaan Polisi, Abu Janda Kini tak Muncul di Medsos, Kapok?

Terpisah, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko kembali menampik jika dirinya mengincar posisi Ketua Umum Partai Demokrat yang saat ini ditempati AHY. Ia juga mengaku sangat menghormati sosok SBY yang pernah menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia.

Terlebih, duduknya AHY di kursi ketua umum juga karena aklamasi. Menurutnya, dukungan penuh para kader terhadap AHY untuk menjalankan roda partai mendapat kepercayaan penuh.

"Saya ini siapa sih. Saya ini apa. Biasa-biasa saja. Di Demokrat ada Pak SBY, ada putranya Mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya. Kenapa mesti menanggapi seperti itu. Biasa-biasa saja begitu. Jadi dinamika dalam sebuah apa, partai politik itu biasa," paparnya.

BACA JUGA:  Gegara Abu Janda, Tengku Zulkarnain juga akan Diperiksa Bareskrim Polri

Ia juga menegaskan, jika dirinya adalah orang yang berada di luar partai demokrat. Sehingga, tidak memiliki urusan dengan kegiatan partai tersebut. "Saya orang luar, tidak ada urusannya di dalam, jadi biasa-biasa saja," kata Moedoko.

Ia melanjutkan, bahkan, jika dirinya memiliki kekuatan persenjataan, tidak mungkin meminta anggota DPC dan DPD Partai Demokrat untuk menggulingkan AHY.

"Anggaplah saya punya angkatan bersenjata, anggaplah Panglima TNI ingin menjadi Ketua Demokrat, memangnya gue bisa menodong senjata para DPC/DPD. Semua kan ada aturan, AD/ART dalam semua parpol," ujar Moeldoko.

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com