Butuh Tenda dan Makanan, Korban Bertahan di Pengungsian

fin.co.id - 18/01/2021, 13:00 WIB

Butuh Tenda dan Makanan, Korban Bertahan di Pengungsian

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

Dwikorita Karnawati juga menambahkan, kini bersama timnya telah memasang alat pengukur di dekat titik lokasi gempa. Tujuannya untuk mengukur lebih akurat data gempa yang terjadi.

BACA JUGA:  PLN Pasang Telepon Satelit untuk Perlancar Koordinasi Penanganan Pasca Gempa Sulbar

"Sekali lagi tidak ada imbauan warga untuk meninggalkan mamuju. Yang ada adalah tetap waspada dan selalu mencari informasi dari sumber yang jelas," ujarnya.

Masyarakat terdampak gempa di Majene dan Mamuju diimbau tak panik. Tetap berada di lokasi pengungsian.

Pemerintah juga harus memastikan kebutuhan dasar masyarakat terdampak gempa bisa terpenuhi.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kebencanaan Universitas Hasanuddin, Prof Adi Maulana mengatakan, penyebab adanya korban jiwa saat gempa disebabkan oleh reruntuhan.

BACA JUGA:  Bermodal Dana Desa, Rp1,1 Triliun PADes Bersumber dari BUMDes

"Bukan gempa yang jadi penyebab utama. Akan tetapi, tertimpa reruntuhan," ujarnya, Minggu, 17 Januari.

Adi mengungkapkan, potensi gempa susulan dengan daya yang lebih besar juga belum bisa dipastikan. Belum ada teknologi yang memastikan hal tersebut.

"Intinya masyarakat diimbau tidak tinggal di rumah. Terutama sepekan pasca gempa utama. Penyebab utama adanya korban jiwa bukan karena gempanya, melainkan tertimpa reruntuhan," jelasnya.

Kata Adi, pemerintah harus hadir menenangkan warga. Adi menjelaskan, pasca gempa, pastikan pusat evakuasi atau tempat berdirinya tenda pengungsian berada di daerah yang lapang dan steril dari potensi tertimpa reruntuhan.

BACA JUGA:  Soal Polemik Raffi Ahmad Divaksin, Tsamara: Rakyat Butuh Role Model, Itu Langkah Penting

"Hindari mendirikan posko dekat tebing untuk mencegah potensi longsor. Sebaiknya, untuk sementara, juga jangan tinggal di daerah sekitar pantai," ucapnya.

Adi menerangkan gempa susulan dengan getaran yang lebih besar juga belum tentu terjadi. Hanya saja, jika merujuk sejarah kegempaan di Majene, gempa berskala 6,9 SR pernah terjadi pada 1967 dan 1969.

Riwayat itulah yang kemudian dijadikan patokan BMKG sehingga memunculkan kesimpulan yang berorientasi pada prinsip kehati-hatian. "Ada data base. Di tempat itu punya riwayat 6,9 SR. Jadi asumsinya, bisa saja berulang. Apalagi dilihat pasca gempa 6,2 SR diikuti susulan yang jarang terjadi," katanya.

Adi Maulana menuturkan, warga juga mesti mewaspadai potensi longsor pascagempa. Setelah gempa akan ada rekahan tanah yang akan diisi oleh air hujan. Jika mencapai titik jenuh, akan mengakibatkan tanah longsor. (rdi/rif-zuk)

Admin
Penulis