JAKARTA - Industri tekstil Tanah Air diperkirakan akan pulih pada 2021. Ini seiring kebijakan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang mengurangi impor.
Sektretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Wirawasta mengatakan, selain itu didorong atas penerbitan safeguard garmen yang diharapkan segera terbit pada kuartal I/2021.
BACA JUGA: Ngabalin Posting Foto Sriwijaya Air Jatuh Tertangkap Kamera, Roy Suryo: Hasil Editan
"Begitu safeguard garmen (diterbitkan), demand kain lebih besar. Lalu, pemerintah kurangi impor kain. Harusnya pertumbuhan industri tekstil bisa naik di atas 5 persen di tahun ini,'' katanya, kemarin (10/1).Lanjut dia, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mendata volume produksi industri TPT pada awal pandemi anjlok 85 persen menjadi 1 juta ton. Adapun, utilisasi rata-rata pabrikan terjerumus menjadi 5,05 persen.
BACA JUGA: Basarnas Pastikan Pencarian Sriwijaya Air SJ 182 Dilakukan 24 Jam Tanpa Henti
Alhasil, pabrikan harus melepas 80,01 persen tenaga kerja atau sebanyak 2,15 juta tenaga kerja pada Minggu kedua April 2020. Adapun, jumlah tenaga kerja industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) sebelum pandemi menyerang adalah 2,69 juta orang.Adapun, industri TPT nasional kembali menyerap hampir 1,07 juta tenaga kerja per Agustus 2020. Dengan kata lain, masih ada sekitar 1 juta tenaga kerja yang harus diserap industri TPT nasional pada 2021.
Kata Redma, utilisasi industri serat pada kuartal IV/2020 telah pulih ke level 75 persen. Secara rinci, sebagian utilisasi industri serat rayon telah mencapai level persen.
BACA JUGA: Titik Jatuh Sriwijaya Air SJ 182 Ditemukan, Menhub Apresiasi Tim Gabungan Pencarian
Sementara itu, utilisasi industri kain telah naik ke atas level 70 persen. Angka tersebut tumbuh dari realisasi kuartal II/2020 di bawah posisi 60 persen.Senada, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri yang memprediksi hampir semua sektor industri pengolahan nonmigas akan mengalami pemulihan pada 2021.
“Hampir semua bisa tumbuh lebih tinggi, tapi yang penting adalah industri farmasi, baik untuk manusia dan hewan. Sehingga kita nanti ongkosnya turun, peternakan kita bagus, unggas kita juga bagus, karena ketergantungannya makin turun,” paparnya.
BACA JUGA: Kementerian PUPR Selesaikan Penataan Dua Kawasan Wisata di Kabupaten Semarang
Menurut Faisal, Industri makanan dan minuman juga termasuk sektor yang tetap tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19 karena produk dari industri tersebut merupakan barang konsumsi yang tetap dibutuhkan masyarakat. “Selanjutnya, yakni industri otomotif, tinggal menunggu waktu untuk pulih,” terangnya.Sebelumnya Kemperin memproyeksi industri pengolahan nonmigas akan mengalami pertumbuhan sebesar 3,95 pesen pada tahun 2021. Perkiraan ini didasarkan pada asumsi pandemi Covid-19 telah dapat dikendalikan dan vaksin tersedia secara bertahap di masyarakat.
“Ini skenario yang optimis seiring dengan berjalannya pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan pemerintah dan berbagai stakeholder,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemperin, Eko S.A. Cahyanto. (din/fin)