JAKARTA - Proses vaksinasi akan sulit dilakukan jika tren peningkatan kasus konfirmasi virus Covid-19 terus terjadi. Diperlukan langkah tegas untuk menekannya. Tujuannya agar kasus aktif dapat dikendalikan.
"Pada saat mau melakukan vaksinasi, tapi penularannya tinggi akan sulit. Tentu penularannya harus ditekan dulu," ujar Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (7/1).
Penularan COVID-19, lanjut Wiku, memiliki implikasi besar dengan adanya strain atau varian baru dari COVID-19 yang muncul. Karena tingkat infeksi tinggi dengan virus yang menyesuaikan diri untuk bertahan hidup.
Penyesuaian yang dilakukan virus terjadi karena masih terjadi penularan. Sebab itu, yang harus dilakukan adalah memutus rantai agar tidak terjadi pembentukan strain baru.
Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di daerah Jawa dan Bali, pada 11-25 Januari 2021 dinilai sudah tepat. Selain itu, pembatasan itu akan menjadi momen yang sangat tepat untuk kembali menerapkan protokol kesehatan 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak).
"Dengan menekan penularan melalui disiplin 3M ketat, diharapkan kondisinya bisa terkendali. Sehingga vaksinasi dapat berjalan dengan baik," tandas pakar kebijakan kesehatan dan akademisi Universitas Indonesia (UI) tersebut.
Seperti diketahui, pemerintah akan memulai proses vaksinasi COVID-19 gelombang pertama pada Januari-April 2021. Gelombang pertama akan diberikan kepada tenaga kesehatan, petugas layanan publik dan kelompok lanjut usia. Sementara gelombang kedua adalah kelompok rentan dan masyarakat umum. Program ini dijadwalkan dilakukan pada April 2021 hingga Maret 2022. (rh/fin)