News . 05/01/2021, 09:25 WIB
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) baru akan mengembangkan kedelai lokal, setelah sebelumnya produsen tahu dan tempe mogok massal lantaran harga kedelai impor melonjak tinggi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengaku bahwa pengembangan kedelai memang sulit mengingat petani tidak tertarik untuk budidaya keledai. Penyebabnya harga kedelai yang rendah.
Padahal, setiap tahun kebutuhan kedelai di dalam negeri terus meningkat. Ini harus menjadi perhatian pemerintah terutama Kementan.
Karenanya, kata Syahrul, saat ini Kementan tengah menyusun dan mengawal implementasinya di lapangan.
"Masalah kedelai yang ada adalah masalah global sehingga membuat harga kedelai itu terpengaruh, khususnya dari Amerika Serikat (AS) dan itu juga yang dirasakan di Indonesia. Kontraksi seperti ini di Argentina misalnya juga terjadi," katanya menjelaskan.
"Hari ini kami sudah bertemu dengan jajaran Kementerian Pertanian dan juga melibatkan integrator dan juga unit-unit kerja lain dari kementerian dan pemda untuk mempersiapkan kedelai nasional lebih cepat," ungkap Syahrul.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menambahkan, bahwa salah satu penyebab harga kedelai impor mahal adalah bertambahnya waktu tempuh pengiriman.
Secara terpisah, Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah Anwar Abbas mendesak pemerintah untuk membenahi persoalan harga kedelai yang melonjak. Sebab, kenaikan harga kedelai akan mengerek biaya produksi pembuat tahu dan tempe. Imbasnya, daya beli masyarakat menurun.
"PP Muhammadiyah meminta pemerintah untuk secepatnya mengatasi masalah ini agar dunia usaha dan kehidupan ekonomi masyarakat kembali menggeliat serta tidak ada yang dirugikan," ujar Anwar Abbas.
Di sisi lain, Anwar meminta apabila ada oknum yang melakukan praktik usaha tidak sehat untuk segera ditindak. Misalnya, melakukan penimbunan atau spekulasi dalam bentuk lain.
"Muhammadiyah meminta pemerintah untuk menindak mereka dengan tegas dan menggiring mereka ke pengadilan untuk dijatuhi hukuman yang sesuai dengan besar dan dampak buruk dari kesalahannya," ujarnya.
Sebelumnya, Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) memang sudah menaikkan harga tahu dan tempe di masyarakat seiring kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku utama kedua bahan pangan itu. Kenaikan terjadi sekitar 10 persen sampai 20 persen.
Hal ini kemudian membuat para perajin tahu tempe menggelar mogok produksi pada awal tahun. Kondisi ini sempat menimbulkan penurunan stok tahu dan tempe di pasar. Kendati begitu, produksi sudah mulai berlangsung lagi pada saat ini. Stok tahu dan tempe di pasar pun tersedia lagi untuk masyarakat.
Hanya saja, ada kenaikan harga tempe sekitar 25 persen per hari ini. Rinciannya, harga tahu dan tempe ukuran kecil naik dari Rp4.000 menjadi Rp5.000 per kemasan. Sementara harga tahu dan tempe ukuran besar naik dari Rp8.000 menjadi Rp10 ribu per kemasan.
"Per hari ini sudah mulai naik, mungkin sudah (diterapkan) 90 persen (di Indonesia). Kami sudah mulai produksi dan distribusi ke pasar-pasar, jadi tahu tempe sudah mulai ada lagi," ujar Ketua Umum Gakoptindo, Aip Syaifuddin. (din/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com