JAKARTA - Program Kartu Prakerja akan diperpanjang pada 2021. Ini kesempatan bagi para peserta yang belum lolos.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program (PMO) Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari mengatakan program pelatihan prakerja akan dilanjutkan pada 2021. Ini membuka peluang bagi peserta yang belum lolos untuk kembali mendaftarkan diri.
"Pendaftar yang sudah memasukkan data yang belum lulus di tahun ini jangan berkecil hati karena masih bisa daftar di tahun depan jadi join 2021. Data-data teman-teman masih tersimpan di kartu prakerja jadi tidak perlu mengulang dari awal," jelasnya, Selasa (3/11).
Bagi peserta yang telah lulus dan menerima manfaat dari pelatihan tahun ini, tidak bisa mendaftarkan diri tahun depan.
BACA JUGA: Mendes PDTT Alokasi Anggaran Rp9,4 Miliar untuk Desa di Sekitar Kawasan MotoGP Mandalika
"Peserta yang sudah menerima bantuan untuk tahun ini tidak akan menerima lagi tahun depan. Kami kedepankan prinsip pemerataan," lanjutnya.Denni belum menjelaskan secara rinci kuota penerima program bantuan tersebut untuk 2021. Namun, pihaknya memastikan konsep Kartu Prakerja 2021 nanti masih akan sama dengan 2020. Yakni menjaring para pencari kerja atau pekerja yang terdampak di-PHK agar memperoleh nilai tambah melalui pelatihan-pelatihan.
Selain itu, Denni juga membeberkan rangkaian pelaksanaan Kartu Prakerja tahun 2020. Sepanjang pelaksanaan hingga gelombang 10, pihaknya telah menyalurkan Rp5,7 triliun insentif kepada 4,9 juta penerima per 30 Oktober 2020.
“Kenapa tidak banyak? Karena Permenko menyatakan kami menyalurkan 600 ribu per bulan itu betul-betul per bulan, tidak bisa dirapel,” ungkapnya.
BACA JUGA: Kepulauan Talaud Miliki Potensi Kembangkan Serat Pisang Abaka Bahan Baku Uang
“Kalau dirapel di depan biasanya orang-orang cepat belanja dan kemudian di bulan kedua, kurang uang,” imbuhnya.Dalam anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional, Pemerintah mengalokasikan Rp20 triliun untuk program Kartu Prakerja. Setiap penerima mendapatkan total insentif Rp2,4 juta yang dibayar per bulan sebesar Rp600 ribu selama empat bulan setelah menyelesaikan pelatihan dan memberikan peringkat dan ulasan pelatihan.
Dijelaskannya, dari gelombang 1-10, total peserta yang mendaftar mencapai 40 juta orang, 47 persen di antaranya pendaftar perempuan.
"Dari jumlah itu, 26 juta lolos verifikasi email, kemudian 18 juta lolos verifikasi nomor telepon selular, dan dari jumlah itu mengerucut menjadi 5,59 juta orang menerima surat keputusan (SK) penerima program," katanya.
BACA JUGA: Lihat Tagar Boikot Produk Prancis Viral di Medsos, Pemuda ini Putuskan Mualaf
Dikatakannya dari jumlah itu, 5,2 juta orang telah membeli pelatihan dan sebanyak 4,94 juta peserta telah selesai minimal satu pelatihan.“Yang telah menerima insentif (dengan yang menyelesaikan satu pelatihan) selisihnya pendek, kenapa? Karena setiap hari kami melakukan pengecekan dan pembayaran insentif, begitu rating, ulasan diterima, kami salurkan (insentif),” katanya.
Denni menambahkan 5,59 juta peserta itu berasal dari 514 kabupaten/kota di Tanah Air dari Sabang hingga Merauke dan dari Miangas hingga Rote Ndao.
“Jalan digital ini bisa merengkuh Indonesia dalam waktu tiga bulan saja. Kalau ini pelatihannya offline harus pergi ke kota besar, tinggal di sana beberapa bulan dan itu semua uang transportasi, makan, tapi dengan digital, sekarang bisa melayani Sabang-Merauke hingga kepulauan,” katanya.
BACA JUGA: Pede Akui Sudah Tak Perawan Meski Masih Sendiri, Denise Chariesta: Ini Jakarta Say
Dikatakannya pula berdasarkan survei evaluasi I periode 5 Agustus hingga 31 Oktober 2020, sebanyak 13 persen peserta yang sebelumnya pengangguran menjadi memiliki pekerjaan setelah mengikuti pelatihan.“Sebanyak 13 persen dari mereka yang semua pada Februari tidak bekerja, sekarang mereka menjadi bekerja,” katanya.
Survei evaluasi I, menurutnya direspons oleh 2.423.865 penerima Kartu Prakerja. Per Februari 2020, sebanyak 41 persen di antaranya atau 993.784 orang mengaku tidak bekerja sebelum mengikuti program.