MAKASSAR — Tanda anak yang tidak mudah bergaul atau berpikiran sendiri (introver) bisa terlihat sejak dini. Pengaruh lingkungan membentuk itu.
Dosen Fakultas Psikologi UNM, Novita Maulidya Jalal SPsi MPsi Psikolog, menjelaskan, bentuk kepribadian yang disebut introver sudah bisa diketahui sejak usia sebelum dua tahun atau masa bayi. Tetapi untuk menyatakan si anak memiliki pribadi introver itu belum. Sebab, kepribadian terbentuk di usia 17 tahun. Sementara ditetapkan sebagai pribadi demikian, ketika sudah berusia 40 tahun.
Jadi, anak yang sulit bergaul di usia sebelum dua tahun merupakan bagian eksplorasi mengenal dunianya, manusiawi. Tetapi, hal itu terbentuk karena pengaruh lingkungannya. Penegasannya pada pola asuhnya. Olehnya itu, bayi yang sudah di usia satu tahun baiknya sesekali diperkenalkan dengan lingkungan sosialnya. Jika tidak, anak akan menangis saat ada orang lain atau enggan merespons orang lain.
“Karena semua dipengaruhi dari kepercayaan anak. Kalau sering melihat atau merasakan kondisi lingkungannya itu akan membuat mereka lebih percaya dengan lingkungannya dan itu akan berpengaruh di tumbuh kembang anak,” ujarnya kepada FAJAR, Minggu, 25 Oktober.
Harus diketahui, tahap permainan anak itu bermacam-macam. Usia 0-2 tahun, permainan berjenjang seperti dia lebih cenderung ke benda-benda. Bahkan ada yang ke benda dia sukai, bantal, dot, dan lainnya. Usia 3-4 tahun baru si kecil akan mulai bermain dan berinteraksi dengan lingkungan sosial, tapi belum kerja kelompok. "Meski ada dilihat menggambar bersama tetapi bukan bekerjasama. Nanti di usia 4-5 tahun baru bisa bermain bersama," ujarnya seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup).
Hal senada disampaikan, Psikolog Perkembangan Anak, Eva Maizara Puspita Dewi SPsi MPsi. Dia menambahkan, bahwa pada anak-anak itu jika dianggapnya tidak nyaman, maka akan sulit menggerakkannya. “Kondisi inilah yang membuat biasanya anak sulit bergaul akhirnya dianggap introver,” ucapnya.
Untuk itu, interaksi lingkungan diutamakan. Beri stimulasi yang membuat anak nyaman atau bisa membuatnya tersenyum.
Anak yang sudah tidak nyaman dengan lingkungannya cenderung memilih tidur jika banyak orang. Bahkan, saat ada anak lain bermain di sekitarnya.
Dosen Fakultas Psikologi UNM, Novita Maulidya Jalal SPsi MPsi Psikolog mengatakan, jika anak memilih tidur itu tanda mereka tidak percaya di lingkungannya. “Bahkan bisa berpengaruh ke jenjang kehidupan lanjutannya, misalnya di sekolah,” katanya.
Pada masa sekolah, si kecil tidak mudah percaya dengan lingkungannya. “Bahkan, ada anak jadi ringan tangan,” bebernya.
Seperti, saat ada yang mengusiknya, ia akan langsung memukul. Itu karena mereka tidak percaya dengan lingkungannya. Bahkan, ada yang langsung merasa tidak menginginkan lingkungan itu lagi. Akhirnya, menangis atau memberontak saat diajak kembali ke lingkungan barunya itu. (sal/dni)