News . 05/10/2020, 13:00 WIB

Cara Wanita Tangerang Hadapi Krisis Pangan Lewat Kebun Mandiri

Penulis : Admin
Editor : Admin

Berdiri sejak tahun 2018, Demplot Anthurium beranggotakan belasan ibu-ibu sekitar untuk bercocok tanam bertahan di tengah pandemi Covid-19. "Jadi kita memperdayakan potensi lokal untuk bertahan di pandemi ini," ujar Yuliana.

"Kami bangun KWT ini sejak 2018, alhamdulillah hingga saat ini lahan KWT ini sangat dimanfaatkan masyarakat sekitar. Terlebih bagi mereka yang terdampak dan terpapar COVID-19," katanya.

Ia menuturkan panenan tak hanya diperjualbelikan tetapi juga dibagikan kepada warga terdampak virus. Panenan berupa sayur mayur dikemas para ibu menjadi lebih higienis. Panenan KWT Antherium dibagikan secara rutin ke rumah-rumah masyarakat sekitar yang terdampak pandemi ekonomi maupun yang tengah melakukan isolasi mandiri akibat COVID-19.

BACA JUGA:  Mendes PDTT Gaungkan Penggunaan Batik Hingga Ke Desa Selama Sebulan

"Kami rutin setiap minggunya mengirim kepada mereka yang terdampak, yang kena phk dan sebagainya. Kami juga rutin kirim ke rumah-rumah yang dinyatakan positif, yang sedang isolasi, sulit ke luar rumah. Insyaallah kami bantu suplai sayuran sehat," kata Yuliana

Rasa berbagi yang kuat tersebut punya sejarah sendiri. Pada awal tahun 2020, Perumahan Pondok Arum memiliki babak yang kelam. Sebab, perumahan itu sempat terendam banjir setinggi empat meter karena curah hujan yang sangat tinggi kala itu.

Namun sekarang, nasib bertukar karena secara ekonomi dan ketahanan pangan mereka mampu bertahan di tengah wabah Covid-19. Selain dinikmati warga, hasil panen juga kerap kali dijual di pasar induk di Kota Tangerang.

BACA JUGA:  Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Apresiasi LPDB dan Pemprov Sulsel

"Ini banyak tamu ke sini, mereka beli langsung. Kadang panen juga distribusi ke pasar di luar setiap hari Senin dan Jumat, ada pasar lingkungan juga tiap Selasa," kata Yuliana.

Di Demplot Anthurium itu ditanami berbagai jenis tumbuhan seperti Caisim Tosakan, ada Kailan Nauli, Kembang Kol PM126, cabai laba laju, terong ungu Laguna, terong hijau Hitavi, labu madu Timun Erina, Pare Lipa, dan masih banyak lagi.

Meskipun sempat diterjang banjir dan berpindah lahan dua kali, KWT Anthurium terus semangat membangun kembali lahan tanamnya, kali ini memiliki luas lahan hampir 1000 meter. Dari 60 KWT di Kecamatan Karawaci, KWT Anthurium inilah yang paling berkembang.

Pembinaan mulai dari pemilihan bibit unggul, pembangunan green house hingga pola pengaturan piket menjadi perhatian Pemkot Tangerang. ”Kami merasa terbantu, jadi warga semakin semangat,” terang Yuliana.

Kini, kebun mandiri sudah semakin berdikari. Tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri, pakcoy yang mereka panen juga menjadi ladang rezeki bagi para anggotanya. Semua sayuran maupun produk turunannya sudah dijual ke masyarakat sekitar.

Camat Karawaci, Tihar Sopian, juga turut menjelaskan mengenai pentingnya mengembangkan KWT di tengah pandemi.“Adanya KWT di tengah masyarakat, selain sebagai bentuk ketahanan pangan, juga menjadi nilai ekonomis. Daan tentunya areanya menjadi lebih hijau dan lebih asri,” terangnya.

Dirinya berharap, perkembangan KWT ini dapat menginspirasi KWT lainnya untuk terus bergerak, produktif dan menjadi salah satu strategi pertahanan pangan di tengah pandemi. (TOGAR HARAHAP/FIN)

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com