News . 30/09/2020, 11:33 WIB
JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat, hingga September 2020 realisasi bantuan paket data internet telah disalurkan kepada 27,3 juta guru, siswa, mahasiswa dan dosen. Jumlah tersebut belum sampai separuh dari target penerima bantuan yang totalnya mencapai sekitar 59 juta penerima.
Plt. Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemendikbud, Hasan Chabibie mengatakan bahwa dari total paket bantuan yang sudah diberikan, tertinggi diterima oleh siswa jenjang SD yaitu sebanyak 11,3 juta siswa.
Menurutnya, jumlah ini akan terus bertambah sesuai dengan masukan data dari sekolah. kata dia, Setiap bulannya, akan ada dua periode pengiriman bantuan yaitu pada tanggal 22-24 dan 28-30.
Hasan menjelaskan, salah satu faktor yang menyebabkan belum terdaftarnya para penerima bantuan internet dalam Dapodik dan PDDikti karena Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) belum sesuai ketentuan, sehingga belum diterima.
"Bisa juga, sekolah atau masyarakat tidak mendaftar karena merasa tidak membutuhkan. Jika memang masyarakat menilai tidak membutuhkan bantuan, Hasan mengatakan dirinya memahami keputusan tersebut," terangnya.
"Misalnya September ini kami 27,3 juta itu, ya segitu yang kami ambil. Kalau Oktober naik jadi 30 juta, ya itu yang kita ambil. Sisanya tidak akan kita ambil, sisanya akan kembali ke negara," tuturnya.
Di sisi lain, pihaknya juga membuka masukan dari masyarakat mengenai daftar aplikasi yang bisa dibuka di dalam kuota belajar. Artinya, jika masyarakat menemukan aplikasi atau laman belajar yang baik, tapi belum masuk ke kuota belajar maka bisa mengirimkan masukan Pusat data dan Informasi (Pusdatin).
"Kalau ada sekolah atau kampus atau lembaga yang selama ini mengelola start up pembelajaran, ingin memasukan sebagai kuota belajar. Kami sangat senang hati. Silakan informasikan kepada kami, dalam bentuk surat ke Pusadtin," ujarnya.
Dapat disampaikan, Kemendikbud telah menentukan 19 aplikasi pembelajaran yang telah bekerja sama dan dapat diakses menggunakan subsidi kuota belajar.
Menanggapi hal itu, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengkritisi adanya sejumlah aplikasi yang terdaftar di kuota belajar tidak populer digunakan dalam melaksanakan pembelajaran daring selama ini. Pihaknya meragukan kredibilitas lima di antara 19 aplikasi tersebut.
"Kami telah menelusuri aplikasi tersebut. Setidaknya kata Fahriza, dari 19 aplikasi yang ditawarkan, terdapat lima aplikasi yang diragukan kemampuannya," kata Wakil Sekretaris Jenderal FSGI, Fahriza Tanjung.
Aplikasi yang berikutnya ialah AyoBelajar. Fahriza mengaku heran, karena aplikasi tersebut baru diunduh 5.000 kali, namun telah dipercaya oleh Kemendikbud untuk memfasilitasi pembelajaran daring.
"Lalu, Birru ini tidak jelas ya, baru 100 kali di-download, artinya ketika penentuan aplikasi ini menjadi aplikasi yang ada dalam kuota belajar, aplikasi ini baru dibangun, patut dipertanyakan kenapa aplikasi yang baru dibangun itu bisa masuk dalam kuota belajar," terangnya.
"Hampir setahun yang lalu (di-update), Ganeca Digital juga begitu yang hanya di-download 1.000 kali. Dari 19 aplikasi yang ada itu, kami melihat ada beberapa aplikasi yang kapasitas dan kredibilitasnya patut diragukan, ini kan berpotensi sia-sia jika aplikasi ini dimasukkan dalam kuota belajar," tuturnya.
Pihaknya semakin heran, ketika aplikasi sekelas Kelas Pintar dan Brainlymalah tidak masuk daftar fasilitas untuk dapat diakses melalui kuota belajar. Pasalnya dua aplikasi itu sudah diunduh hingga satu juta kali.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com